SuaraKaltim.id - Masyarakat suku Dayak Tonyooi Benuaq di Kampung Juhan Asa, Kabupaten Kutai Barat (Kubar), Kalimantan Timur (Kaltim) masih melestarikan ritual Beliant Bawo.
Ritual Beliant Bawo sendiri bertujuan untuk menolak penyakit, mengobati orang sakit, serta membayar nazar dan lain sebagainya.
Dalam ritual tersebut terdapat pula tarian Beliant Bawo yang sering disajikan pada acara-acara besar seperti penerima tamu dan acara kesenian lainnya.
Meski di dunia kedokteran yang sudah modern dengan berbagai alat canggih untuk menyembuhkan penyakit, masyarakat tersebut masih mempercayai ritual beliant bawo sebagai cara untuk penyembuhan.
Lantas apa yang membuat masyarakat masih mempercayai hal tersebut? Rupanya kepercayaan masyarakat di kampung Juhan Asa masih sangat kental mempercayai ritual ini meskipun sudah ada rumah sakit dan agama.
Dikutip dari jurnal RK Dewi (2019), masyarakat setempat masih sangat memegang teguh nilai dan adat-istiadat nenek moyang mereka untuk terus dilestarikan agar tidak mengalami kepunahan.
Tari ritual Beliant Bawo biasanya dilaksanakan secara sederhana. Namun bisa juga menjadi upacara Beliant Bawo Bepajar yang ritualnya dilakukan secara besar-besaran selama sebulan penuh.
Masyarakat kampung Juhan Asa menjadikan ritual ini sebagai ritual pengobatan membayar janji karena telah disembuhkan.
Ritual Beliant Bawo pada masyarakat Juhan Asa Dayak Tonyooi Benuaq dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Baca Juga: Upacara Buang Sial Ala Masyarakat Dayak Punan
Biasnaya jika ada salah satu warga yang mengalami sakit keras, maka akan segera diadakannya Berinuk untuk menentukan kapan acara akan dilaksanakan.
Masyarakat Juhan Asa masih sangat kental dengan tradisi yang mereka miliki. Oleh sebab itu, ritual diadakan melalui tari ritual penyembuhan.
Tari ritual Beliant Bawo dilakukan secara turun temurun dari generasi ke generasi karena harus ada yang meneruskan keahlian dengan bekajik untuk menjadi seorang pemeliant.
Mengenai asal-usul ritual Beliant Bawo, seorang pemeliant tidak dapat memberikan informasi secara pasti.
Biasanya tari rakyat pada umumnya memang tidak mengenal siapa penciptanya atau penata tarinya karena pada umumnya dianggap karya kolektif bagi masyarakat.
Kontributor: Maliana
Berita Terkait
Terpopuler
- Kata-kata Miliano Jonathans Tolak Timnas Indonesia
- Miliano Jonathans: Hati Saya Hancur
- Dari Premier League Bersama Crystal Palace Kini Main Tarkam: Nasib Pilu Jairo Riedewald
- Insiden Bendera Terbalik saat Upacara HUT RI ke-80, Paskibraka Menangis Histeris
- Dicari para Karyawan! Inilah Daftar Mobil Matic Bekas di Bawah 60 Juta yang Anti Rewel Buat Harian
Pilihan
-
Viral! Ekspresi Patrick Kluivert Saat Kibarkan Bendera Merah Putih di HUT RI-80, STY Bisa Kaya Gitu?
-
Tampak Dicampakkan Prabowo! "IKN Lanjut Apa Engga?" Tanya Basuki Hadimuljono
-
Tahun Depan Prabowo Mesti Bayar Bunga Utang Jatuh Tempo Rp600 Triliun
-
5 Rekomendasi HP Realme Murah Terbaik Agustus 2025, Harga Mulai Rp 1 Jutaan
-
Kontroversi Royalti Tanah Airku, Ketum PSSI Angkat Bicara: Tidak Perlu Debat
Terkini
-
Proyek Rp 200 Miliar Ditunda, Bontang Kuala Dapat Prioritas Polder
-
Hadapi IKN, Pemkab PPU Ajukan Pemekaran Dua Kecamatan
-
Digitalisasi Layanan Publik: Sakti Gemas Hadir di Kalimantan Timur
-
Pulau Miang Lirik Wisata Hiu Paus, Magnet Baru Bahari Kutim
-
Menjaga IKN, Pemkab PPU Tegas Tertibkan Tambang Galian C Ilegal