Scroll untuk membaca artikel
Denada S Putri
Minggu, 01 Juni 2025 | 16:07 WIB
Ilustrasi praktik prostitusi online. [Ist]

SuaraKaltim.id - Seiring dengan meningkatnya aktivitas pembangunan dan arus masuk penduduk ke kawasan Ibu Kota Nusantara (IKN), Kepolisian Daerah Kalimantan Timur (Polda Kaltim) memberikan atensi khusus terhadap potensi dampak sosial yang ditimbulkan, termasuk kemunculan kembali praktik prostitusi di kawasan sekitar IKN.

Kapolda Kaltim, Irjen Pol Endar Priantoro, menegaskan bahwa fenomena ini tidak dianggap remeh oleh kepolisian.

Hal itu ia sampaikan saat berada di Balikpapan, Jumat, 30 Mei 2025.

"Penindakan praktik prostitusi di sekitar IKN jadi perhatian serius kepolisian," ujarnya, disadur dari ANTARA, Minggu, 1 Juni 2025.

Baca Juga: Healing di IKN, Ruang Aman ASN Muda di Tengah Kota Baru

Menurut Endar, peningkatan mobilisasi penduduk sebagai dampak langsung dari pembangunan IKN membawa tantangan tersendiri dalam pengawasan sosial.

"Karena dampak sosial dari mobilisasi penduduk ke wilayah IKN yang kian meningkat," tambahnya.

Polda Kaltim mengungkapkan telah menutup sejumlah titik yang terindikasi menjadi lokasi prostitusi.

Aktivitas tersebut kini disebut menurun, meskipun pengawasan tetap diperketat.

Lebih jauh, Endar menyebut bahwa pola-pola praktik prostitusi sudah teridentifikasi, termasuk kemungkinan adanya unsur eksploitasi yang mengarah pada tindak pidana perdagangan orang (TPPO).

Baca Juga: Skema KPBU Buktikan Daya Tarik, IKN Kunci Rp12 Triliun Investasi Asing

"Adanya perantara atau mucikari tersebut pasti ada unsur eksploitasi," jelasnya. "Sehingga bisa mengarah ke TPPO, tetapi sejauh ini masih didalami."

Polda Kaltim pun memastikan kegiatan patroli dan pemantauan akan terus dilakukan secara rutin di kawasan sekitar IKN, untuk mencegah terjadinya praktik serupa di masa mendatang.

"Kami cegah dampak sosial seiring dengan terus bertambahnya jumlah pendatang dan pembangunan infrastruktur di wilayah IKN," tegas Endar Priantoro.

Sementara itu, Direktur Reserse Kriminal Umum (Ditreskrimum) Polda Kaltim, Kombes Pol Jamaludin Farti, menyebut pihaknya saat ini tengah menyelidiki enam orang yang diamankan karena diduga terlibat dalam aktivitas prostitusi.

Salah satu dari mereka dicurigai berperan sebagai mucikari.

Berdasarkan hasil patroli siber dan pengawasan di lapangan, polisi menemukan indikasi kuat adanya praktik prostitusi yang dilakukan baik secara langsung maupun melalui media sosial.

"Pelaku praktik prostitusi di sekitar IKN menggunakan aplikasi media sosial dan sebagian lainnya berada di lokasi tertentu menawarkan layanan secara langsung," ujar Jamaludin.

Polda Kaltim juga telah berkoordinasi dengan jajaran kepolisian sektor (Polsek) dan pemangku kepentingan lainnya untuk menutup lokasi-lokasi yang terindikasi menjadi tempat praktik prostitusi.

IKN Dihantui Praktik Prostitusi Daring, Satpol PP PPU Lakukan Patroli Khusus

Di balik geliat pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) sebagai pusat pemerintahan masa depan Indonesia, muncul tantangan sosial yang mulai menyita perhatian.

Salah satunya adalah keberadaan praktik prostitusi online di wilayah sekitar IKN, tepatnya di Kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU).

Kepala Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Penajam Paser Utara, Bagenda Ali, mengungkapkan bahwa pihaknya telah menerima sejumlah laporan dari masyarakat dan pemerintah desa mengenai aktivitas prostitusi terselubung tersebut.

Hal itu disampaikan saat dirinya ditemui di Penajam, Minggu, 25 Mei 2025 kemarin.

"Ada laporan praktik prostitusi di sekitar wilayah IKN disampaikan masyarakat dan pemerintah desa setempat," ujarnya, disadur dari ANTARA, Senin, 26 Mei 2025.

Menindaklanjuti laporan itu, personel Satpol PP melakukan pemantauan intensif yang telah berjalan selama tiga bulan terakhir.

Meski Otorita IKN telah beroperasi, kewenangan penegakan peraturan daerah masih berada di tangan pemerintah kabupaten.

"Kami sudah lakukan pantauan sejak tiga bulan lalu terkait laporan adanya praktik prostitusi di sekitar wilayah IKN," jelas Bagenda.

Dari hasil pengawasan, ditemukan modus yang digunakan cukup rapi.

Para pelaku biasanya menetap beberapa hari di penginapan atau hotel sekitar IKN, lalu mengaktifkan aplikasi pencari pelanggan untuk menjajakan jasa mereka.

"Modus itu kami ketahui dari investigasi dan pengakuan pelaku yang berhasil ditangkap, setelah ditangkap dan mintai keterangan pelaku prostitusi dipulangkan ke daerah asal," tambahnya.

Namun, meski telah dilakukan penindakan, siklus kembali berulang. Para pelaku yang baru dengan cepat menggantikan yang sudah ditertibkan.

Mereka berasal dari berbagai daerah seperti Jawa, Makassar, Balikpapan, dan wilayah lainnya, yang datang untuk mengincar pelanggan dari kalangan pekerja proyek maupun pendatang di sekitar IKN.

Sejumlah pelaku mengakui alasan mereka memilih datang ke kawasan ini karena adanya potensi ekonomi yang besar dari banyaknya tamu dan pekerja yang dianggap royal.

"Kami datang karena kata teman di sini tamu banyak dan tidak pelit tidak pernah tawar menawar, serta banyak pendatang dan ternyata benar," kata salah satu pelaku prostitusi yang mengaku bernama Dena (25).

Layanan ditawarkan secara daring melalui media sosial dan aplikasi pesan singkat, lengkap dengan tarif dan foto. Rentang harga bervariasi antara Rp400 ribu hingga Rp600 ribu, tergantung pelanggan dan kondisi.

"Ada yang sendiri dan ada yang gunakan perantara, kalau kami gunakan perantara yang atur tempat tinggal dan carikan pelanggan tidak repot jadinya," ungkap Rena (27), pelaku lain yang juga ditemui.

Fenomena ini tak pelak menimbulkan kekhawatiran di tengah masyarakat.

Selain berdampak pada citra kawasan IKN yang digadang-gadang sebagai kota masa depan, praktik ini juga dinilai berpotensi menimbulkan masalah sosial yang lebih kompleks bila tidak segera ditangani secara kolaboratif.

Meski belum menerima laporan resmi secara langsung, Kepolisian Daerah (Polda) Kalimantan Timur (Kaltim) juga mulai turun tangan.

Langkah penyelidikan dilakukan untuk mencegah penyebaran praktik ini sebelum menjadi lebih masif.

Load More