-
Otorita IKN menegaskan pembangunan IKN tidak hanya berfokus pada infrastruktur, tetapi juga pada penguatan sosial dan budaya masyarakat lokal di wilayah PPU dan Kukar.
-
Konsep living museum digagas sebagai ruang pelestarian kearifan lokal agar tradisi dan seni budaya Paser, Dayak, dan Kutai tetap hidup di tengah pembangunan modern.
-
Pelestarian budaya tiga suku utama tersebut menjadi bagian penting dari strategi Otorita IKN membangun identitas sosial-budaya ibu kota baru Indonesia.
SuaraKaltim.id - Otorita Ibu Kota Nusantara (IKN) menegaskan komitmennya untuk membangun IKN tidak hanya dari sisi fisik, tetapi juga melalui penguatan fondasi sosial dan budaya masyarakat lokal di kawasan inti pembangunan yang mencakup sebagian wilayah Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) dan Kutai Kartanegara (Kukar).
Deputi Bidang Sosial, Budaya, dan Pemberdayaan Masyarakat Otorita IKN, Alimuddin, menekankan bahwa pembangunan IKN harus berjalan seimbang antara kemajuan infrastruktur dan penguatan nilai-nilai budaya.
Hal itu disampaikannya saat berada di Sepaku, PPU, Selasa, 28 Oktober 2025.
“Pembangunan IKN tidak memajukan sisi fisik saja,” ujarnya disadur dari ANTARA, di hari yang sama.
Sebagai wujud nyata, Otorita IKN tengah menggagas konsep living museum yang bertujuan menjaga kearifan lokal agar tidak tergerus oleh arus modernisasi.
Museum hidup tersebut nantinya akan menjadi ruang bagi masyarakat lokal untuk mengembangkan dan melestarikan tradisi serta seni budaya khas daerah.
“Kami komitmen melestarikan budaya lokal yang ada di kawasan IKN seperti Suku Paser, Dayak, dan Kutai,” tambah Alimuddin.
Ia menjelaskan, kawasan yang termasuk dalam wilayah IKN meliputi tujuh kecamatan — satu di Kabupaten PPU (Sepaku) serta enam di Kabupaten Kukar, yakni Loa Kulu, Loa Janan, Muara Jawa, Samboja, Samboja Barat, dan Sangasanga.
“Wilayah Kecamatan Sepaku terdapat masyarakat adat Paser Balik dan Dayak Kenyah di Loa Kulu,” jelasnya.
Baca Juga: Sambut IKN, Pemkab PPU Tata Layanan Publik agar Lebih Terpadu dan Responsif
Alimuddin menegaskan bahwa pelestarian budaya tiga suku utama — Paser, Kutai, dan Dayak — menjadi fokus utama dalam pembangunan sosial budaya IKN.
“Otorita IKN komitmen membangun living museum sebagai upaya pelestarian budaya lokal di kawasan calon ibu kota Indonesia,” tutupnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- 7 Sunscreen Anti Aging untuk Ibu Rumah Tangga agar Wajah Awet Muda
- Mobil Bekas BYD Atto 1 Berapa Harganya? Ini 5 Alternatif untuk Milenial dan Gen Z
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
Pabrik VinFast di Subang Resmi Beroperasi, Ekosistem Kendaraan Listrik Semakin Lengkap
-
ASUS Vivobook 14 A1404VAP, Laptop Ringkas dan Kencang untuk Kerja Sehari-hari
-
JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
Terkini
-
Insentif Rp6 Juta per Hari Bakal Dipangkas Jika Dapur MBG Tak Sesuai Standar
-
Samarinda Bakal Buka Penerbangan Rute IKN-Malaysia di Februari 2026
-
AYIMUN Samarinda Chapter 2025 Siapkan Generasi Muda Jadi Calon Pemimpin Global
-
Kaltim Jamin Stok Pangan Aman, Harga Terpantau Stabil Jelang Natal dan Tahun Baru
-
Persagi Siap Tugaskan Ahli Gizi untuk MBG di Seluruh Pelosok Indonesia