Jumlah penghuni Lapas Kelas IIA Samarinda mencapai 740 orang, dengan lebih dari separuhnya (425 orang) merupakan narapidana kasus narkoba yang sebagian dipindahkan dari Lapas Bayur, Balikpapan, karena kelebihan kapasitas.
Kasus narkoba mendominasi isi lapas, diikuti oleh napi kasus korupsi (33 orang), perdagangan orang (1), pencurian uang (2), dan 281 napi pidana umum seperti pembunuhan dan pencurian.
Petugas lapas menegaskan pembinaan menjadi prioritas utama, bukan hanya pengawasan, demi memberi ruang bagi warga binaan untuk berubah dan memperbaiki diri.
SuaraKaltim.id - Deretan kamar di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIA Samarinda kini tampak semakin sesak.
Aktivitas warga binaan yang mengikuti rutinitas pembinaan berlangsung berdampingan dengan kesibukan petugas lapas yang memastikan semua berjalan tertib.
Di balik tembok kokoh itu, tersimpan berbagai kisah tentang penyesalan, harapan, dan upaya memperbaiki diri.
Pariadi, petugas Bimbingan Anak Didik (Binadik) di Lapas Kelas IIA Samarinda, mengungkapkan bahwa jumlah penghuni lapas per 25 Oktober 2025 mencapai 740 orang, dan lebih dari separuhnya—425 orang—adalah narapidana kasus narkoba.
“Lapas Samarinda ini adalah lapas umum, bukan khusus untuk kasus narkoba,” ujar Pariadi, menegaskan, dikutip dari kaltimtoday.co--Jaringan Suara.com, Minggu, 2 November 2025.
Namun kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa kasus narkoba kini mendominasi isi lapas.
Banyak narapidana yang dipindahkan dari Lapas Bayur, Balikpapan, karena fasilitas di sana sudah melebihi kapasitas.
“Bayur sudah terlalu penuh. Jadi beberapa napi narkoba dipindahkan ke sini agar bisa tetap menjalani pembinaan,” jelasnya.
Selain kasus narkoba, Lapas Samarinda juga menampung 33 napi kasus korupsi, 1 napi perdagangan orang, 2 napi kasus pencurian uang, serta 281 napi kasus pidana umum seperti pembunuhan dan pencurian. Tak ada napi terorisme yang menghuni lapas ini.
Baca Juga: Pedagang Samarinda Desak Penertiban Ritel Modern yang Langgar Aturan
Dari total tersebut, 644 warga binaan menjalani hukuman di atas satu tahun, sementara 16 orang lainnya divonis seumur hidup.
Sebagian masih menunggu waktu bebas, sebagian lain berjuang memperbaiki diri melalui berbagai program pembinaan.
Pariadi menegaskan bahwa peran petugas tidak berhenti pada pengawasan semata.
“Tugas kami bukan hanya menjaga, tapi juga memberi ruang bagi mereka untuk berubah,” ucapnya dengan nada optimistis.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Sepatu New Balance Diskon 70% Jelang Natal di Sports Station
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- Analisis Roy Suryo Soal Ijazah Jokowi: Pasfoto Terlalu Baru dan Logo UGM Tidak Lazim
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
Pilihan
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
-
Breaking News! John Herdman Jadi Pelatih Timnas Indonesia, Tunggu Diumumkan
Terkini
-
Mobil Kecil Boleh Melintas di Jalan Tol IKN saat Nataru, Berikut Ini Jadwalnya
-
Penerapan MBG Berdampak Positif Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Masyarakat
-
Roda Perekonomian UMKM dan Warga Berputar Berkat Program MBG
-
Ribuan Paket MBG Disalurkan untuk Korban Banjir dan Longsor di Sumbar
-
Malam Tahun Baru di Balikpapan Lebih Berwarna dengan Pesta 4 Zone Studio