Denada S Putri
Kamis, 27 November 2025 | 14:33 WIB
Workshop Keterampilan Riset Dasar Untuk Mahasiswa Baru: Cara Membuat Proposal, Studi Pustaka, Dan Berpikir Ilmiah di Harris Hotel Samarinda, Rabu, 26 November 2025. [SuaraKaltim.id/Giovanni Gilbert]
Baca 10 detik
  • Komisi X DPR RI dan BRIDA Kaltim menggelar workshop literasi riset dasar untuk mahasiswa baru sebagai langkah memperkuat kemampuan penelitian sejak awal perkuliahan guna menjawab kebutuhan SDM berdaya saing di era digital dan IKN.

  • Hetifah Sjaifudian menekankan pentingnya riset sebagai keterampilan fundamental, termasuk pemanfaatan teknologi secara etis, kemampuan memilah informasi valid, serta perlunya mindset riset dibangun sejak semester pertama.

  • BRIDA Kaltim melihat kegiatan ini sebagai momentum membangkitkan minat riset, dengan target mencetak generasi peneliti muda dan memperkuat ekosistem riset daerah melalui pelatihan berkelanjutan dan akses pelatihan yang lebih inklusif.

SuaraKaltim.id - Sebagai respons terhadap tantangan era informasi dan kebutuhan sumber daya manusia berdaya saing untuk Ibu Kota Nusantara (IKN), Komisi X DPR RI bersama Badan Riset dan Inovasi Daerah (BRIDA) Kalimantan Timur (Kaltim) menyelenggarakan workshop literasi riset dasar untuk mahasiswa baru.

Kegiatan berlangsung di Harris Hotel Samarinda, Rabu, 26 November 2025, dan diikuti mahasiswa dari sejumlah perguruan tinggi di Samarinda.

Workshop ini fokus memperkenalkan penelitian sejak tahap paling awal—mulai penyusunan proposal, penguatan studi pustaka, hingga pemahaman cara berpikir ilmiah.

Pendekatan tersebut dipilih karena ekosistem riset nasional masih menghadapi tantangan serius meski indeks inovasi Indonesia sempat naik ke peringkat 54 pada 2024.

Ketua Komisi X DPR RI, Hetifah Sjaifudian, menilai pembenahan harus dimulai dari akar pendidikan tinggi, bukan di ujungnya.

“Keterampilan riset membuka banyak pintu. Mulai dari beasiswa, peluang magang, dan kompetisi ilmiah. Lebih dari itu, ia membentuk kepekaan terhadap persoalan sosial maupun ilmiah,” ujar Hetifah via Zoom Meeting.

Ia menggarisbawahi hambatan yang sering muncul di kalangan mahasiswa, mulai akses laboratorium yang terbatas hingga kesulitan analisis statistik.

Karena itu, menurut Hetifah, mindset riset harus dibiasakan sejak semester pertama, bukan hanya ketika menghadapi tugas akhir.

Teknologi, ujarnya, dapat mempercepat proses pembelajaran, namun penggunaannya harus bijak.

Baca Juga: Jaga Identitas di IKN, DPRD PPU Siapkan Payung Hukum untuk Adat Paser

“Ada etikanya. Jangan hanya menyalin keluaran AI tanpa melakukan pengolahan. Periksa setiap klaim empiris dan pastikan sitasi berasal dari sumber primer,” lanjutnya.

Di era banjir informasi, Hetifah menekankan pentingnya kemampuan membedakan fakta dan opini.

“Sekarang ini tantangannya bukan kekurangan informasi, tetapi melimpahnya informasi tanpa kejelasan sumber. Literasi riset membantu mahasiswa memilah mana yang faktual dan mana yang tidak,” tegasnya.

Ia juga menyinggung kaitan literasi riset dengan persiapan Kaltim sebagai pusat pemerintahan baru.

“IKN adalah pusat pemerintahan berbasis pengetahuan. Kita perlu generasi yang bukan hanya memakai teknologi, tetapi mampu memproduksi pengetahuan melalui riset. Itu sebabnya kemampuan ini harus dipupuk sejak dini,” ujar Hetifah.

Ia menambahkan, penguatan riset membutuhkan kerja kolaboratif lintas lembaga agar peluang pelatihan semakin terbuka.

Load More