Wamendag: Makan di Warteg Hanya 7 Menit, Tanpa Ngobrol

Kultur makan di warung Indonesia lebih banyak didominasi oleh ngobrol dan nongkrong, yang justru lebih lama dari waktu makannya.

Denada S Putri
Senin, 02 Agustus 2021 | 10:53 WIB
Wamendag: Makan di Warteg Hanya 7 Menit, Tanpa Ngobrol
Seorang pelayan warteg mengemas pesanan pengunjung di Serpong, Tangsel, Selasa (27/7/2021). [SuaraJakarta.id/Wivy Hikmatullah]

SuaraKaltim.id - Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag) Jerry Sambuaga,mencoba langsung standar makan di tempat yang ditetapkan pemerintah selama pemberlakuan PPKM Level 4.

Seperti diketahui sejak sepekan ini, pemerintah sudah mengizinkan warung bisa menerima pelanggan makan di tempat, dengan syarat prokes ketat. Salah satunya waktu makan di tempat hanya 20 menit.

Untuk melihat langsung kemungkinan dan sejauh mana ini bisa dioperasikan oleh warung, khususnya yang setingkat warteg, atau warung pinggir jalan lainnya, Jerry pun mencoba langsung.

Kali ini ia makan di sebuah warung di sekitar Stasiun Balapan, Solo. Hasilnya, ternyata Jerry bisa menyelesaikan makan dengan waktu 7 menit 38 detik.

Baca Juga:Soal Aturan Makan 20 Menit, Pakar Kesehatan: Hanya untuk Makan Personal 1 Orang Saja

"Tadinya saya kira kalau kita makan itu lama. Ternyata setelah tadi dicoba makan bersama para staf cuma 7 menit 38 detik. Jadi terbukti bahwa jika kita taat prokes dan disiplin, waktu 20 menit itu sangat bisa diimplementasikan," ujar Wamendag dalam keterangannya, Senin (2/8/2021), dikutip dari Suara.com.

Dalam pengamatan lapangan langsung itu, Jerry menemukan fakta, ternyata kultur makan di warung Indonesia lebih banyak didominasi oleh ngobrol dan nongkrong, yang justru lebih lama dari waktu makannya.

Mengingat masih dalam masa pandemi, Wamendag berharap agar kebiasaan nongkrong berlama-lama di warung itu bisa ditinggalkan lebih dahulu.

"Ini adalah jalan tengah dan formulasi terbaik dalam kondisi pandemi ini. Artinya, warung bisa tetap buka dan pelanggan bisa tetap makan di tempat tetapi harus sadar bahwa waktunya harus sesingkat mungkin dan jangan ngobrol. Karena saat ngobrol kemungkinan penyebaran virus sangat mungkin terjadi," tutur Wamendag.

Dengan penerapan protokol kesehatan dan masyarakat yang disiplin Jerry berharap dampak covid dalam perdagangan khususnya di level perdagangan rakyat bisa diminimalkan.

Baca Juga:PPKM Level 4 Soal Aturan Makan 20 Menit, Pakar Kesehatan: Bukan untuk Makan Bareng-bareng

Selama ini pedagang kecil berpendapat bahwa Pemerintah harus bisa melonggarkan aturan agar mereka bisa berdagang seperti biasa. Pasalnya, setelah pandemi berlangsung lebih dari setahun, pendapatan mereka menjadi kurang pasti.

"Masih untung ada bantuan sosial dari Pemerintah. Kalau tidak benar-benar sudah gak ada pemasukan yang cukup lagi," kata seorang pemilik warung.

Wamendag sendiri berpendapat bahwa syarat agar perdagangan dan ekonomi masyarakat bisa terus berlangsung kuncinya hanya pada adaptasi pada kondisi pandemi ini.

Protokol kesehatan harus dipatuhi sehingga secara kesehatan masyarakat juga bisa terus sehat dan beraktifitas. Karena itu ia mohon kerja sama dari semua pihak untuk bisa mendukung program dan standar-standar baru yang telah ditetapkan Pemerintah.

"Kita harus memperkuat kerja sama. Saling dukung, Pemerintah tentu mengutamakan kepentingan rakyat. Mudah-mudahan dengan itu ekonomi tetap berjalan sementara masyarakat terus sehat," jelas dia.

Jerry sendiri sedang berada di Solo untuk menghadiri undangan dan kerja sama dengan Hippindo dalam program vaksinasi massal terhadap pedagang, UMKM dan masyarakat umum di desa Tjolomadu.

Program itu digagas agar dalam sektor perdagangan para pelaku dan konsumen bisa segera terbebas dari ancaman covid sehingga bisa berdagang lagi seperti biasa.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak