Anis Matta Sebut Kedai Kopi Seperti Parlemen Jalanan

Sebagai bentuk penghargaan kepada kopi yang telah menemani umat manusia

Muhammad Yunus
Minggu, 03 Oktober 2021 | 16:31 WIB
Anis Matta Sebut Kedai Kopi Seperti Parlemen Jalanan
Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia Anis Matta [SuaraSulsel.id / Istimewa]

SuaraKaltim.id - Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia Anis Matta mengungkapkan, hari kopi bukan hanya sebagai bentuk penghargaan kepada kopi yang telah menemani umat manusia. Dalam berbagai situasi dan kondisi.

Tetapi didedikasikan untuk para petani kopi. Atas upaya mereka memproduksi biji kopi, sekaligus mempromosikan perdagangan kopi yang adil di seluruh dunia. Pada Jumat, 1 Oktober 2021, masyarakat dunia memperingati Hari Kopi Internasional.

"Awalnya saya rutin ngopi karena saran dokter. Tapi dari kebiasaan ngopi itu saya membaca sejarah dan budaya kopi di seluruh dunia," kata Anis Matta dalam keterangannya, Minggu 3 Oktober 2021.

Menurut dia, satu yang selalu muncul, kopi sangat dekat dengan diskusi dan inspirasi. Budaya kopi diduga lahir pertama kali pada abad ke-14 di Turki, yang kemudian menyebar ke Eropa dan Mediterania.

Baca Juga:Kopi dan Batik, Sinergi untuk Sebuah Kreativitas Sejak Masa Lampau

Di kota-kota Eropa, kafe telah menjadi tempat berkumpul para budayawan, intelektual, dan filsuf. Tak jarang ide revolusi juga lahir dari perdebatan yang hangat di kedai kopi.

Budaya kopi di Nusantara juga punya sejarah yang panjang, sejak perniagaan oleh VOC.

"Saya baca, tahun 1700-an kopi dari Jawa telah memenuhi Eropa. Karena itu kopi sering juga disebut Java," ujarnya.

Hampir semua daerah di Indonesia memiliki budaya kopi. Walaupun mungkin yang sangat terasa ada di Sumatera, Bangka-Belitung, atau Pontianak.

Kedai kopi seolah menjadi institusi sosial, bahkan seperti 'parlemen jalanan' untuk membahas isu-isu penting dalam suatu komunitas.

Baca Juga:Filosofi Kopi ke-3 Jadi Action, Chicco Jerikho Pastikan Tak Hilangkan Ciri Khas

"Saya selalu menyempatkan diri untuk mencoba kedai kopi di kota-kota yang saya datangi. Di berbagai negara dan di Tanah Air. Kadang tanpa agenda, hanya untuk menangkap 'public mood'," katanya.

Anis Matta mengungkapkan, sebagian besar gagasan yang kini mengkristal menjadi gagasan Partai Gelora juga dilahirkan bersama kopi. Baik saat sendiri atau dalam diskusi penuh argumentasi.

Selalu ada inspirasi menyertai setiap cangkir kopi. Juga ada cerita perjalanan yang menyertainya.

"Saya bahagia melihat budaya kopi dan kedai kopi tumbuh makin subur belakangan ini. Tapi kalau boleh, ayo ngopi sambil diskusi, bukan sekadar selfie-selfie," kata Ketua Umum Partai Gelora Indonesia ini.

Yakni diskusi tentang imajinasi masa depan Indonesia dan usaha menjadikannya kekuatan utama dunia, kekuatan lima besar dunia dan menjadi salah satu pemain global.

"Kopi bisa kita jadikan sarana diplomasi menghadapi para Great Power dunia. Baik lewat wanginya aroma arabica atau pahitnya citarasa robusta," katanya.

Karena itu, kopi dinilai lebih dari sekadar minuman pagi yang nikmat. Secangkir minuman kopi mewakili komunitas, mata pencaharian, gairah, persahabatan, dan tradisi.

Tetapi kopi juga dapat memberi energi, menghangatkan, menyegarkan, membangunkan, dan bahkan bertemu dengan orang yang cintai.

Kopi telah menjadi minuman pokok banyak rumah tangga. Selama beberapa generasi dan tersebar di seluruh dunia selama lebih dari 600 tahun.

"Selamat Hari Kopi Sedunia. Semoga petani, pedagang, seniman, dan penikmat kopi berbahagia. Selalu ada insipirasi dalam secangkir kopi. Apa kopi kesukaanmu?" tanya Anis Matta mengakhiri.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini