SuaraKaltim.id - Beberapa waktu lalu Softbank mengumumkan pengunduran diri dari investasi pembangunan ibu kota negara (IKN) Nusantara. Mundurnya Softbank kemudian menimbulkan berbagai pertanyaan.
Merespons mundurnya Softbank, beberapa ekonom menduga ada beberapa faktor yang melatarbelakanginya. Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira Adhinegara, misalnya, melihat batalnya SoftBank berinvestasi di IKN tak terlepas dari kondisi politik di dalam negeri yang belakangan menimbulkan polemik pertentangan.
"Ada indikasi kuat risiko politik pembangunan IKN cukup tinggi. Terlebih kegaduhan belakangan soal perpanjangan masa jabatan presiden membuat investor memilih wait and see. Investasi di IKN bukan jangka pendek, tapi butuh kepastian jangka panjang. Dikhawatirkan risiko politik terkait pemilu akan membuat proyek IKN terkendala, bahkan bisa berhenti total," katanya seperti dikutip Suara.com pada Selasa (15/3/2022).
Selain persoalan politik di dalam negeri, Bhima mengemukakan, adanya faktor perang di Ukraina juga membuat Investor lebih melihat dan menunggu untuk berinvestasi.
Baca Juga:SoftBank Mundur dari Proyek IKN, Said Didu Sebut Pemerintah jadi Korban Janji Surga Investor Asing
Apalagi menurutnya, perang tersebut membuat harga produk-produk di negara maju menjadi naik dan berimbas pada pengeluaran biaya pembangunan IKN yang diperkirakan bakal naik signifikan.
"Biaya besi baja, barang material konstruksi pun akan mengalami kenaikan imbas dari terganggu nya rantai pasok global. Hal ini pernah terjadi saat pembangunan ibu kota negara di Putrajaya-Malaysia saat krisis moneter 1998, membuat biaya pembangunan naik signifikan," katanya.
Sementara itu, Ekonom dari CORE Indonesia, Piter Abdullah menilai, hal tersebut tidak akan membuat pembangunan IKN gagal. Meski berjalan, ia mengemukakan, Otorita IKN akan melakukan kerja ekstra untuk mencari dana pembangunan IKN Nusantara di kawasan Penajam Paser Utara (PPU).
"Batalnya SoftBank tidak berarti pembangunan IKN menjadi terancam gagal. Ini memang tantangan pemerintah khususnya kepala otorita IKN untuk mensinergikan semua potensi melakukan pembangunan IKN. Termasuk meyakinkan semua investor," ujar Piter saat dihubungi, Selasa (15/3/2022).
Ia juga menilai, batalnya SoftBank berinvestasi di IKN merupakan sesuatu yang wajar. Lantaran, SoftBank merupakan perusahaan berorientasi profit.
Baca Juga:Softbank Mundur Investasi Rp 1.400 Triliun Di Proyek IKN, Pembangunan Ibu Kota Baru Bisa Gagal?
"Mereka batal investasi bisa dikarenakan banyak faktor. Salah satunya faktor internal mereka sendiri," katanya.