Puasa saat Hamil Trimester Pertama, Apakah Boleh? Ini Penjelasan Ahli

Adapun usia Trimester pertama itu, yakni usia kehamilan dibawah 14 minggu yang biasanya disertai keluhan rasa mual dan muntah.

Bella
Sabtu, 02 April 2022 | 16:53 WIB
Puasa saat Hamil Trimester Pertama, Apakah Boleh? Ini Penjelasan Ahli
Ilustrasi ibu hamil (pexels/Matilda Wormwood)

SuaraKaltim.id - Besok, umat muslim di Indonesia akan melaksanakan puasa hari pertama di Ramadhan tahui ini.

Menurut Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan dr. Muhammad Fadli, SpOG merujuk studi yang dipublikasikan, menyatakan pada ibu hamil yang berpuasa pada trimester pertama ditemukan risiko bayi mereka terlahir kecil.

"Pada wanita hamil sehat dengan nutrisi tercukupi, maka puasa tidak berdampak dalam pertumbuhan janin atau waktu taksiran persalinan. Namun, ada risiko 1,5 kali lipat untuk bayi terlahir kecil apabila berpuasa di trimester pertama,” ujar dia dalam sebuah konferensi pers daring, dikutip dari Antara Sabtu (2/4/2022).

Adapun usia Trimester pertama itu, yakni usia kehamilan dibawah 14 minggu yang biasanya disertai keluhan rasa mual dan muntah.

Baca Juga:Tinggal Klik! Jadwal Imsakiyah Terlengkap Seluruh Wilayah di Indonesia

Menurut FadlI, trimester satu yakni usia kehamilan 0 minggu sampai 13 minggu ini adalah masa terbentuknya organ janin seperti jantung, sistem saraf pusat, mata, organ genitalia dan lainnya.

Ini adalah trimester krusial bagi perkembangan janin. Namun karena perubahan hormon dan level hormon yang sangat tinggi, trimester satu sering dinyatakan sebagai trimester yang paling tidak nyaman, karena keluhan pada ibu bisa berupa mual, muntah dan perdarahan pervaginaan dari skala ringan hingga berat.

Sedangkan pada ibu hamil yang berpuasa pada trimester kedua yakni usia kehamilan 13-26 minggu, studi yang dipublikasikan dalam BMC Pregnancy and Childbirth pada April 2019 memperlihatkan, pada ibu yang berpuasa pada trimester kedua terdapat penurunan risiko terkena penyakit gula saat kehamilan.

Pada trimester kedua biasanya ibu merasa lebih nyaman, karena trimester ini ibu hamil dapat kesempatan liburan atau sering disebut baby moon.

"Ini sesuatu kabar yang sangat baik. Ibu hamil kenaikan berat badannya harus dijaga. Kalau kenaikannya tidak terjaga, akan ada risiko penyakit gula pada saat kehamilan yang bisa mengganggu ibunya dan maturitas organ janin," kata Fadli.

Baca Juga:27 Pembicara Tarawih di Masjid Kampus UGM, Ada Ganjar Pranowo hingga Anies Baswedan

Adapun untuk mengetahui angka rekomendasi kenaikan berat badan saat hamil, ibu terlebih dulu harus mengetahui indeks massa tubuhnya (IMT) dengan cara menghitung berat badan dalam satuan kg dibagi tinggi badan dalam meter kuadrat.

IMT di bawah 18,5 maka kenaikan berat badan 12,5-18 kg hingga ibu melahirkan. IMT 18-24,9 kenaikan berat badan yang diharapkan 11,5-16 kg. Sementara bila IMT di atas 30, maka kenaikan berat badan sebaiknya 5-9 kg.

"Bila BMI 24 maka kenaikan berat badan sampai lahiran nanti sekitar 11-16 kg. Jadi kalau dibagi rata-rata per bulan kurang lebih 1,5 kg kenaikan berat badan ibunya. Kalau kenaikan kurang dari harapan ada kekhawatiran bayi yang lahir akan lebih kecil," ujar Fadli.

Lalu, pada ibu yang berpuasa saat trimester ketiga (usia kehamilan hingga 26-40 minggu), sebanyak 21 penelitian (dipublikasikan dalam BMC Pregnancy and Childbirth) menyatakan, berat badan bayi tidak terganggu selama berpuasa.

Ada satu penelitian menyatakan berat plasenta akan lebih kecil bila berpuasa pada trimester yang umumnya ditandai munculnya nyeri pada panggul itu.

Sementara pada temuan lain, tidak terdapat kasus kematian pada janin maupun risiko bayi terlahir prematur dikarenakan berpuasa di bulan Ramadhan.

Kesimpulan Fadli, banyak penelitian menunjukkan, berpuasa boleh-boleh saja saat hamil. Namun, menurut dia, ibu hamil yang bijak akan melakukan persiapan untuk berpuasa dan mengetahui batasan-batasannya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini