SuaraKaltim.id - Pagi-pagi buta Mini mulai menggelar terpal di pinggir Jalan KS Tubun pas di samping Pasar Taman Rawa Indah, Bontang. Dia bersama puluhan pedagang lainnya kompak berjualan di bahu jalan demi mencari nafkah keluarga.
Bukan tanpa sebab Mini berjualan di pinggir jalan. Dia bahkan rela panas-panasan dan juga dihantui rasa khawatir ancaman penggusuran oleh Satpol-PP.
Pedagang yang memiliki lapak di lantai 3 ini pun tidak punya pilihan lain. Alasan untuk menyambung hidup pun disuarakannya.
"Kalau didalam omzet saya paling per hari paling Rp 20 ribu. Kalau di sini, kami bisa dapat Rp 400 ribu. Jauh sekali kan bedanya," ucap Mini, disadur dari KlikKaltim.com--Jaringan Suara.com, Kamis (27/06/2024).
Baca Juga:Tumpukan Sampah di Jalan Patimura Bontang Picu Ketidaknyamanan Warga, Wawali Najirah Beri Teguran
Lebih lanjut, dari pantauan jaringan media ini, sekitar 20 pedagang memilih mengemper di pinggir jalan tersebut. Mayoritas yang mengemper ini bahkan tidak memiliki lapak di dalam pasar.
Dominasi pedagang justru membuka dengan memarkirkan mobil pick upnya. Alasan itulah memperkuat intuisi Mini untuk aktif kembali berjualan.
"Yang lain saja mengemper masa saya tidak boleh. Tapi tahu aja kita kalau ada Satpol-PP yang menjalankan tugas kami akan pindah. Kasih tapi solusi," sambungnya.
Senada dengannya, rekan pedagang lain bernama Asnah mengaku, sudah berjualan di luar pasar hampir 10 hari ke belakang.
Sebelumnya, dia diminta untuk berjualan di pelataran belakang pasar. Karena saat itu dirinya diharap agar tidak mengemper di luar pagar saat rencana kedatangan Presiden Jokowi.
Baca Juga:Golkar-Gerindra Jalin Koalisi Resmi untuk Pilkada Bontang 2024
Dia pun mencoba peruntungan berjualan di dalam. Nyatanya, seluruh pedagang justru kembali diminta mengosongkan area pada akhir Mei 2024.
Tawaran UPT Pasar sempat datang. Mereka diminta mengisi lapak sayur di lantai 2. Tetapi tidak diterima karena alasannya khawatir tidak mendapatkan penghasilan.
"Sempat didalam beberapa waktu saja. Tapi ini disuruh pindah lagi. Kami terpaksa mengemper. Kalau di atas jangan harap bisa dapat pebghasilan banyak," sambungnya.
Kayoritas pedagang berjualan sejak subuh hingga pukul 08.00 Wita. Bahkan ada yang siang berjualan dan rela panas-panasan.
"Kalau saya pagi sama sore saja. Kalau tidak jualan karena panas. Itu lah tuntutan hidup," pungkasnya.