Soal Tugu Pesut Rp 1,1 Miliar, DPRD Samarinda: Itu Bagian dari Perencanaan Kota

Tugu Biawak viral karena bentuknya yang dianggap sangat mirip dengan aslinya dan hanya menghabiskan dana sekitar Rp 50 juta.

Denada S Putri
Rabu, 23 April 2025 | 18:55 WIB
Soal Tugu Pesut Rp 1,1 Miliar, DPRD Samarinda: Itu Bagian dari Perencanaan Kota
Warganet di media sosial saat membandingkan Tugu Pesut dengan Tugu Biawak Wonosobo. [Presisi.co]

SuaraKaltim.id - Tugu baru dengan desain unik di Kota Samarinda, kembali menarik perhatian publik.

Tugu berbentuk siluet ikan Pesut yang berdiri di bundaran Lembuswana ini sebelumnya sempat mencuri perhatian karena desainnya yang tidak biasa serta biaya pembangunannya yang disebut mencapai sekitar Rp 1,1 miliar.

Belakangan, perbincangan soal tugu ini kembali mencuat di media sosial. Pasalnya, Tugu Pesut tersebut dibandingkan dengan Tugu Biawak yang terletak di Desa Krasak, Kecamatan Selomerto, Kabupaten Wonosobo.

Tugu Biawak viral karena bentuknya yang dianggap sangat mirip dengan aslinya dan hanya menghabiskan dana sekitar Rp 50 juta.

Baca Juga:Cuma Janji, Gaji Tak Dibayar, Karyawan RSHD Samarinda Mengadu ke Disnaker

Menanggapi perbandingan tersebut, Ketua Komisi III DPRD Kota Samarinda, Deni Hakim Anwar, memberikan pandangannya.

Ia menyebut bahwa membandingkan dua tugu dari daerah yang berbeda secara langsung tidaklah tepat. Hal itu ia sampaikan saat ditemui di Gedung DPRD Samarinda, Selasa (22/04/2025) kemarin.

"Berbicara soal tugu di dua tempat yang berbeda tidak bisa dijadikan perbandingan, apalagi dari segi bentuk,” ujarnya, disadur dari Presisi.co--Jaringan Suara.com, Rabu (23/04/2025).

Deni menjelaskan bahwa Tugu Biawak memang meniru bentuk hewan aslinya, sementara Tugu Pesut Samarinda mengusung pendekatan yang berbeda.

Konsep yang dipilih adalah siluet, yakni menonjolkan garis besar bentuk tanpa menggambarkan wujud nyata, sekaligus menekankan nilai seni modern.

Baca Juga:RSHD Samarinda Disorot DPRD Kaltim: Gaji Macet, Kontrak Karyawan Tidak Jelas

"Bentuk siluet ini menunjukkan kemajuan seni kontemporer yang juga banyak diterapkan di kota-kota besar, bahkan di luar negeri seperti Singapura. Nilai artistik tidak bisa diukur hanya dari bentuk atau biaya,” jelasnya.

Ia juga menilai bahwa membandingkan tugu dengan nilai anggaran sangat berbeda tidaklah seimbang, karena tiap tugu memiliki bahan, pendekatan seni, dan pesan yang hendak disampaikan masing-masing.

"Nilai seni itu tidak ada batasan, dan justru itu yang menjadi poin penting,” tambahnya.

Lebih lanjut, Deni mengatakan bahwa Tugu Pesut bukan hanya sebuah instalasi seni, tetapi juga simbol perkembangan Kota Samarinda dan perwujudan dari gaya artistik yang berbeda dengan patung Pesut yang sebelumnya berada di kawasan Tepian Mahakam.

"Jadi kembali lagi, segala sesuatu yang dilakukan pemerintah kota pastinya sesuai dengan perencanaan dan tanggung jawabnya,” pungkasnya.

Tugu Pesut Mahakam Samarinda. [Ist]
Tugu Pesut Mahakam Samarinda. [Ist]

Mengenal Tugu Pesut Mahakam Samarinda

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini