Karhutla Mengintai! Kaltim Aktifkan Tim Siaga dan Minta Alat Deteksi Tambahan

Ia juga mengungkapkan bahwa tim tersebut telah mulai melakukan pemetaan potensi titik api.

Denada S Putri
Selasa, 29 April 2025 | 17:41 WIB
Karhutla Mengintai! Kaltim Aktifkan Tim Siaga dan Minta Alat Deteksi Tambahan
Ilustrasi kebakaran hutan dan lahan (Karhutla). [Ist]

SuaraKaltim.id - Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur (Pemprov Kaltim) memastikan kesiapan mereka dalam menghadapi musim kemarau 2025, terutama untuk mengantisipasi potensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang bisa meningkat di periode tersebut.

Wakil Gubernur (Wagub) Kaltim, Seno Aji, menegaskan bahwa upaya pencegahan dan penanganan karhutla sudah berjalan cukup baik sejauh ini, meskipun masih ditemukan sejumlah titik api di beberapa wilayah.

Hal itu disampaikan Seno Aji usai mengikuti Apel Kesiapsiagaan Penanganan Karhutla Nasional 2025 secara daring dari Samarinda, Selasa, 29 April 2025.

“Untuk penanganan karhutla saat ini sudah cukup baik. Memang ada beberapa titik api yang terekam. Ada di Kutai Timur dan Paser. Dari BPBD Kaltim sudah merekam itu, mudah-mudahan dalam waktu dekat sudah bisa segera dituntaskan dan dimatikan,” kata Seno Aji, disadur dari ANTARA, di hari yang sama.

Baca Juga:Seleksi PPPK Tahap II di Kaltim Resmi Dimulai, 3.144 Peserta Berebut Formasi

Apel nasional tersebut digelar di Lanud Roesmin Nurjadin, Kota Pekanbaru, Riau, dan dipimpin langsung oleh Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Budi Gunawan.

Hadir pula sejumlah tokoh penting seperti Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni dan Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto, serta perwakilan kementerian, lembaga, dan pemerintah daerah se-Indonesia.

Seno menuturkan bahwa di Kaltim, penanganan karhutla melibatkan berbagai elemen mulai dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Dinas Kehutanan, masyarakat peduli api, hingga stakeholder lainnya yang tergabung dalam tim siaga karhutla.

Ia juga mengungkapkan bahwa tim tersebut telah mulai melakukan pemetaan potensi titik api, sebagai bentuk antisipasi menghadapi musim kemarau yang menurut prakiraan BMKG akan berlangsung dari April hingga September.

"Kami juga akan menyampaikan ke BNPB bahwa Kaltim selalu siap siaga dalam pencegahan dan penanganan karhutla. Dan kami ingin ada peralatan tambahan yang dibutuhkan untuk merekam titik api yang ada di seluruh wilayah Kaltim," ujarnya.

Baca Juga:Diskominfo Kaltim Dorong Lompatan Digital lewat Superapp dan Satu Data

Sementara itu, dalam arahannya Menko Polhukam Budi Gunawan menyampaikan penghargaan kepada seluruh jajaran pemerintah pusat hingga daerah atas kerja keras mereka dalam menghadapi ancaman karhutla.

Ia menekankan pentingnya menjaga isu ini agar tidak menjadi sorotan internasional.

"Pesan Bapak Presiden RI Prabowo Subianto, jangan sampai menjadi isu internasional, atau aspek geopolitik kawasan. Untuk itu dalam upaya memperkuat kesiapsiagaan nasional terhadap karhutla, telah dibentuk desk karhutla untuk penanganan karhutla yang lebih baik, lebih cepat dan efektif," jelas Budi Gunawan.

Ia menambahkan bahwa keberhasilan dalam menekan angka karhutla membutuhkan sinergi dari semua lini pemerintahan.

"Penanganan Karhutla ini perlu mendapatkan dukungan seluruh kekuatan dari pemerintah pusat hingga pemerintah daerah, sehingga musibah karhutla bisa ditekan sampai titik terendah, bahkan zero karhutla," tuturnya.

Cuaca Bisa Berubah Cepat, BMKG Ingatkan Bahaya Petir dan Angin Kencang di Kaltim

Memasuki transisi dari musim hujan ke kemarau, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Balikpapan mengingatkan masyarakat Kalimantan Timur (Kaltim) untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi cuaca ekstrem, khususnya angin puting beliung.

Kepala BMKG Balikpapan Kukuh Ribudiyanto menyebut bahwa fase peralihan musim atau pancaroba merupakan periode yang rawan terhadap terbentuknya angin kencang berputar tersebut.

"Pada masa peralihan yang perlu diwaspadai adalah angin puting beliung karena kejadian itu sangat rentan terjadi di masa peralihan," ujar Kukuh, melansir dari ANTARA, Selasa 29 April 2025.

Menurutnya, hingga akhir April, sebagian besar wilayah Kaltim masih berada dalam fase puncak kedua musim hujan. Namun, mulai Mei akan memasuki masa transisi yang ditandai dengan cuaca yang tidak menentu.

"Setelahnya, sudah mulai masuk masa peralihan musim, dan diperkirakan akhir Juni sudah masuk musim kemarau," katanya menambahkan.

Puting beliung, lanjut Kukuh, kerap muncul pada siang hingga sore hari dengan sejumlah tanda khas.

Udara yang tiba-tiba terasa panas dan gerah, langit mendadak gelap setelah cerah, serta angin yang berubah arah secara tiba-tiba menjadi indikasi awal.

"Biasanya menjelang puting beliung, awan tumbuh sangat cepat membentuk awan cumulonimbus, langit menjadi gelap, disertai angin kencang, dan tak lama kemudian hujan deras turun disertai petir," jelasnya.

Ia menekankan bahwa meski bersifat lokal dan berlangsung singkat, puting beliung bisa menimbulkan kerusakan serius, khususnya jika terjadi di daerah padat penduduk.

Selain risiko angin kencang, Kukuh juga mengingatkan masyarakat pesisir terkait potensi meningkatnya gelombang laut di Selat Makassar saat kemarau nanti.

Angin dari tenggara dan selatan diperkirakan akan mendominasi dan berpotensi mengganggu aktivitas pelayaran.

"Gelombang dari tenggara dan selatan akan lebih dominan, dan bisa mengganggu aktivitas nelayan serta pelayaran kecil," ujarnya.

BMKG menyarankan warga untuk selalu memperhatikan informasi prakiraan cuaca dan peringatan dini.

Kukuh juga mengimbau masyarakat agar tidak berteduh di bawah pohon besar atau papan reklame saat cuaca ekstrem berlangsung.

"Kenali ciri-ciri cuaca ekstrem, waspadai kondisi langit, dan segera berlindung ke tempat aman jika cuaca memburuk secara tiba-tiba," imbaunya.

Sementara itu, di fase puncak kedua musim hujan, Kukuh mencatat adanya peningkatan curah hujan harian di sejumlah daerah.

Intensitas hujan bahkan melebihi ambang batas normal di Mahakam Ulu, Kutai Barat, dan Balikpapan.

"Dan ini menyebabkan sejumlah kawasan tergenang serta longsor kecil," ungkap Kukuh.

Ia menjelaskan bahwa hujan deras disertai petir dan angin kencang yang terjadi dalam beberapa waktu terakhir bukan disebabkan oleh gangguan siklon tropis, melainkan pertumbuhan awan lokal yang lazim terjadi di masa peralihan.

"Jadi itu hanya kondisi pertumbuhan awan lokal, tidak ada pengaruh dari siklon atau siklus tertentu," pungkasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak