Kuasai Tanpa Jabatan, Diduga Atur Pemerintahan: Figur H Jadi Target

Namun saat ditanya secara spesifik soal sosok H yang disebut dalam demonstrasi, Imanudin enggan memberi komentar lebih jauh.

Denada S Putri
Senin, 28 Juli 2025 | 17:22 WIB
Kuasai Tanpa Jabatan, Diduga Atur Pemerintahan: Figur H Jadi Target
Kantor Gubernur Kaltim. [Istimewa]

Kota Samarinda kembali menegaskan perannya sebagai jantung kebudayaan Kalimantan Timur (Kaltim).

Jumat pagi, 25 Juli 2025, kawasan Jalan Gajah Mada hingga Taman Samarendah berubah menjadi lautan warna-warni budaya.

Deretan peserta dari berbagai negara, provinsi, dan komunitas lokal bersiap dalam kirab budaya East Borneo International Folklore Festival (EBIFF) 2025.

Lebih dari sekadar parade seni, kirab budaya ini menjadi penanda kuatnya semangat keterbukaan dan keramahan masyarakat Samarinda.

Baca Juga:EBIFF, Panggung Budaya yang Menyatukan Bangsa-Bangsa di Bumi Etam

Perwakilan dari India, Korea Selatan, Polandia, Romania, dan Rusia menampilkan budaya mereka dengan penuh semangat.

Di sisi lain, komunitas lokal seperti KKSS Kaltim, Kerukunan Bubuhan Banjar, dan IKAPAKARTI Samarinda menunjukkan bahwa budaya lokal tak kalah membanggakan.

Setiap peserta menari dalam balutan busana adat, diiringi musik etnik, dan disambut antusias oleh masyarakat yang memadati ruas jalan.

Bagi Samarinda, perhelatan ini bukan sekadar tontonan, tetapi juga cara memperkenalkan jati diri sebagai kota budaya yang inklusif.

Presiden Conseil International des Organisations de Festivals de Folklore et d’Arts Traditionnels (CIOFF) Indonesia, Said Rachmat, menekankan pentingnya kehangatan sambutan warga sebagai elemen utama diplomasi budaya.

Baca Juga:Satgas Pangan Kaltim Sidak Pasar, Beras Premium Oplosan Jadi Sorotan

“Mereka menempuh perjalanan puluhan jam. Maka yang pertama harus kita berikan adalah senyuman. Dari sinilah kesan pertama tentang Indonesia terbentuk,” ujar Said.

Ia menambahkan, keramahan warga lokal menjadi wajah awal Indonesia di mata dunia, terlebih saat Kaltim tengah membuka diri sebagai destinasi budaya dan wisata global.

“Kami ingin menunjukkan bahwa Kalimantan Timur memiliki lebih dari sekadar wisata alam. Ada warisan budaya yang hidup, ada komunitas-komunitas budaya yang kuat dan aktif,” terangnya.

Menurut Said, EBIFF bukan hanya ajang seni, tapi bagian dari strategi nation branding berbasis budaya.

Festival ini diharapkan mendorong pertumbuhan pariwisata dan memperluas konektivitas budaya internasional.

“Ini bukan festival biasa, ini kerja besar dengan jiwa,” katanya, sembari memberi penghargaan khusus kepada Sekda Provinsi Kaltim, Sri Wahyuni, yang berperan sebagai direktur festival.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini