Samarinda dan Balikpapan Jadi Episentrum Lonjakan Kasus HIV di Kaltim

Seno menekankan, pencegahan tidak bisa hanya bertumpu pada penanganan medis, tetapi juga harus diperkuat dengan kesadaran masyarakat di daerah.

Denada S Putri
Sabtu, 13 September 2025 | 14:56 WIB
Samarinda dan Balikpapan Jadi Episentrum Lonjakan Kasus HIV di Kaltim
Ilustrasi HIV/AIDS. [Ist]

SuaraKaltim.id - Lonjakan kasus HIV di Kalimantan Timur kini banyak ditemukan di pusat-pusat aktivitas ekonomi dan urban, yakni Samarinda dan Balikpapan.

Data Dinas Kesehatan Kaltim mencatat periode Januari–Juli 2025, Samarinda menempati posisi tertinggi dengan 209 kasus baru, disusul Balikpapan 167 kasus.

Fenomena ini membuat dua kota terbesar di Kaltim sekaligus menjadi episentrum penyebaran HIV tahun ini.

Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kaltim pun langsung merespons dengan memperkuat koordinasi bersama seluruh rumah sakit.

Baca Juga:Kalimantan Timur Jadi Rumah Terakhir Badak Bercula Dua

Hal itu disampaikan Wakil Gubernur Kaltim, Seno Aji, Rabu, 10 September 2025.

“Kami sudah berdiskusi dengan seluruh Direktur Rumah Sakit agar semua pihak waspada dan sigap terhadap tren peningkatan HIV ini,” ujar Seno, disadur dari Presisi.co--Jaringan Suara.com, Sabtu, 13 September 2025.

Selain Samarinda dan Balikpapan, tren penularan juga muncul di beberapa daerah lain, mulai Bontang (40 kasus), Kutai Kartanegara (31 kasus), Paser (21 kasus), Berau (11 kasus), Penajam Paser Utara (10 kasus), Kutai Barat (5 kasus), hingga Mahakam Ulu (1 kasus).

Seno menekankan, pencegahan tidak bisa hanya bertumpu pada penanganan medis, tetapi juga harus diperkuat dengan kesadaran masyarakat di daerah dengan mobilitas penduduk tinggi.

“Kita ingin seluruh rumah sakit betul-betul memperhatikan hal ini dan menjalankan prosedur pemeriksaan HIV secara ketat,” tegasnya.

Baca Juga:TKD Terpangkas Rp 650 Triliun, Ekonom Unmul Ingatkan Kaltim Harus Lebih Mandiri

Untuk itu, Pemprov Kaltim mengarahkan dua strategi besar: memperluas kampanye edukasi pencegahan dan meningkatkan cakupan deteksi dini.

Dengan langkah ini, diharapkan masyarakat tidak hanya terlindungi, tetapi juga memiliki akses yang lebih baik terhadap layanan kesehatan terkait HIV.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini