SuaraKaltim.id - Program Makan Bergizi Gratis (MBG) kembali menuai sorotan usai terungkap kasus makanan basi yang dikonsumsi pelajar di sejumlah sekolah, termasuk di SMA Negeri 13 Samarinda.
Alih-alih mendapatkan asupan sehat, beberapa siswa justru mendapati nasi berbau tak sedap, lauk basi, hingga menu yang tidak layak santap ketika membuka paket makan siang pada Agustus 2025 lalu.
Akademisi Universitas Mulawarman (Unmul), Herdiansyah Hamzah—akrab disapa Castro—menilai temuan tersebut bukanlah kejutan.
Hal itu disampaikannya, Senin, 15 September 2025.
Baca Juga:Kasus Hutan Unmul Kian Rumit, Siapa Dalang Sebenarnya?
“Sejak awal, konsep MBG ini memang belum matang. Jadi wajar kalau implementasinya juga amburadul,” ujarnya disadur dari Presisi.co--Jaringan Suara.com.
Ia menilai sejak awal program ini sudah menyimpan masalah, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, hingga mekanisme pengawasan.
“Kalau sekarang muncul temuan makanan basi bahkan sampai ada siswa yang keracunan, itu sudah bisa diprediksi dari awal. Ini bukan hal baru,” tambahnya.
Laporan Dinas Pendidikan (Disdik) Kalimantan Timur (Kaltim) mencatat sedikitnya ada 12 kasus makanan tidak layak konsumsi di sekolah penerima MBG hingga awal September 2025.
Dari jumlah itu, dua di antaranya menyebabkan keracunan ringan pada siswa.
Baca Juga:TKD Terpangkas Rp 650 Triliun, Ekonom Unmul Ingatkan Kaltim Harus Lebih Mandiri
Menurut Castro, situasi ini akan memicu gelombang kritik lebih besar terhadap MBG, apalagi dengan minimnya transparansi pengadaan serta lemahnya kontrol mutu dari pihak penyelenggara.
“Kritik terhadap program ambisius ini akan menguat, seiring minimnya transparansi pengadaan serta lemahnya kontrol mutu dari pihak penyelenggara,” pungkasnya.