-
Lebih dari 100 guru di Samarinda mengikuti pelatihan pemanfaatan AI dalam pembelajaran sebagai bagian dari upaya mendorong transformasi pendidikan digital.
-
Dinas Pendidikan Kaltim menilai pemanfaatan AI dapat menciptakan proses belajar yang adaptif dan menyenangkan, namun tetap harus menjunjung kreativitas dan etika.
-
Para narasumber menegaskan bahwa AI bukan ancaman bagi profesi guru, melainkan alat bantu yang mempermudah tugas mendidik jika digunakan secara bijak dan bertanggung jawab.
SuaraKaltim.id - Transformasi pendidikan di era digital tidak bisa dilepaskan dari kemampuan guru beradaptasi dengan teknologi baru, termasuk kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI).
Hal inilah yang menjadi pesan utama Ketua Komisi X DPR RI, Hetifah Sjaifudian, saat membuka kegiatan penguatan kapasitas guru bertema “Pemanfaatan AI dalam Pembelajaran: Strategi dan Best Practice untuk Guru” di Samarinda.
Kegiatan yang diikuti lebih dari 100 guru se-Kota Samarinda ini merupakan hasil kolaborasi antara Komisi X DPR RI dan Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah RI.
Hadir pula sejumlah pejabat dan pakar pendidikan, seperti Thamrin Kasman (Widyaprada Ahli Utama Direktorat SMP), Wiwik Setiawati (Kepala BGTK Kalimantan Timur), dan Armin (Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Kalimantan Timur).
Baca Juga:Anggaran Rp 2,7 Triliun Jadi Momentum Percepatan Sertifikasi Guru Madrasah
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kaltim, Armin, menilai pelatihan ini sejalan dengan arah perubahan pendidikan di daerah.
“Pemerintah provinsi terus mendukung inovasi dalam pembelajaran. Guru profesional yang mampu memanfaatkan AI akan bisa menciptakan proses belajar yang lebih adaptif dan menyenangkan. Namun, penggunaan AI harus tetap menjunjung tinggi kreativitas dan etika moral,” ujarnya, dikutip dari keterangan yang diterima Suara.com, Kamis, 30 September 2025.
Sementara itu, Kepala BGTK Kaltim, Wiwik Setiawati, menekankan bahwa teknologi bukan hal yang harus ditakuti oleh tenaga pendidik.
![Kegiatan kapasitas penguatan guru di Samarinda. [Ist]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/10/30/74577-kegiatan-kapasitas-penguatan-guru-di-samarinda-ist.jpg)
“AI bukan ancaman, tetapi alat bantu yang akan memudahkan pekerjaan mendidik. Profesi guru itu mulia, dan yakinlah AI tidak bisa menggantikan sentuhan manusia. Manfaatkan momentum kegiatan ini untuk belajar sebaik-baiknya,” pesannya.
Dari sisi substansi, Thamrin Kasman dari Direktorat SMP menyoroti pentingnya pemahaman mendasar tentang AI agar tidak salah langkah dalam penggunaannya.
Baca Juga:Basuki Hadimuljono: Membangun SDM IKN Lebih Sulit daripada Infrastruktur
“Pertama, jika kita tidak memahami AI, kita bisa menjadi korban karena sulit membedakan mana yang asli dan palsu. Kedua, gunakan AI secara bijak agar tidak merugikan orang lain. Ketiga, manfaatkan AI untuk memudahkan pekerjaan dan memberi maslahat bagi banyak orang,” tutur Thamrin.
Dalam sesi pemaparannya, Hetifah mengungkapkan bahwa Indonesia termasuk salah satu negara yang paling antusias mengadopsi teknologi AI.
“Indonesia menempati posisi keempat secara global dalam adopsi AI. Sebanyak 87% masyarakat Indonesia sudah menggunakan AI untuk bekerja, dan 83% menggunakannya untuk meningkatkan produktivitas,” ungkapnya.
Ia menegaskan bahwa AI harus dilihat sebagai mitra guru dalam menciptakan pembelajaran yang inovatif.
“Manfaatkan AI untuk membuat pembelajaran lebih menyenangkan dan mudah dipahami oleh siswa. Jadikan AI sebagai asisten yang mempermudah tugas kita dengan memberikan ide-ide kreatif,” pungkas Hetifah.