Scroll untuk membaca artikel
Yovanda Noni
Jum'at, 16 Oktober 2020 | 14:12 WIB
Tanaman anggrek yang tumbuh liar di kawasan Solong Pinang Abang. (foto : Fatahillah Awaluddin)

SuaraKaltim.id - Ketika ditanya soal taman anggrek atau hutan anggrek yang dipenuhi anggrek endemik Kalimantan, kebanyakan orang akan menyebut nama Kersik Luwai.

Cagar alam yang terletak di Kabupaten Kutai Barat itu dikenal sebagai kawasan yang dipenuhi beragam anggrek, terutama anggrek hitam.

Siapa sangka, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur juga memiliki kawasan hutan anggrek yang bahkan belum terjamah manusia. Kawasan ini lebih luas dari Kersik Luwai dengan jenis anggrek yang sangat banyak.

Lokasinya berada di Desa Kahala, Kecamatan Kenohan. Warga setempat menamakan kawasan ini dengan sebutan Solong Pinang Abang.

Baca Juga: Kisah Meri, Siap Hadapi Resesi dengan Tumpar Benuaq dari Kutai Kartanegara

Sekretaris Kecamatan Kenohan, Kaspul, mengklaim tempat itu lebih indah dari Kersik Luwai. Tentu klaim tersebut perlu pembuktian lebih lanjut.

“Taman anggrek ini masih berada di kawasan hutan yang jauh dari aktivitas manusia, ini keunggulan Solong Pinang Abang,” kata Kaspul, Kamis (16/10/2020).

Untuk sampai ke lokasi, butuh perjalanan lebih kurang tiga jam. Sebagian besar harus berjalan kaki menembus hutan khas kawasan berpasir.

Sekretaris Kecamatan Kenohan, Kaspul (kanan) dan Kepala Desa Kahala, Mahlan (kanan) bersama seorang warga penunjuk jalan sedang berpose di depan rimbunnya anggrek hitam. (foto: Fatahillah Awwaluddin)

“Pohon-pohonya tidak terlalu tinggi, hutannya juga tidak terlalu lebat. Meski tidak tinggi, kita gampang tersesat karena bentuk pohon dan semak belukarnya sama,” tambahnya.

Uniknya, sepanjang perjalanan menuju lokasi, tumbuhan liar yang tumbuh secara alami juga tanaman anggrek. Semua bertebaran sejauh mata memandang berdampingan dengan tanaman kantong semar.

Baca Juga: Hamzah, Petani Milenial dari Muara Jawa Kutai kartanegara

Akses yang sulit dan berliku, ditambah rintangan yang sulit, membuat kawasan anggrek masih terjaga. Terlebih kawasan itu ditetapkan sebagai Kawasan Budidaya Kehutanan (KBK).

“Pohon kelapa sawit bisa tumbuh, tapi hasilnya tidak memuaskan. Itu juga salah satu yang menyelamatkan kawasan ini,” papar Kaspul.

Kaspul lalu menunjukkan sebuah peta dari ponsel pintarnya yang menunjukkan ada perkebunan kelapa sawit tak jauh dari lokasi itu. Sementara itu, di beberapa titik perjalanan terdapat sisa-sisa bekas kebakaran hutan.

Beberapa waktu lalu, pihak Kecamatan Kenohan bersama perangka desa menjelajahi kawasan itu. Mereka kemudian memetakan lokasi anggrek.

Kepala Desa Kahala, Mahlan, menyebut ada tujuh titik lokasi anggrek hitam. Anggrek langka dan dilindungi ini tumbuh secara alami berdampingan dengan anggrek lain.

“Ada tujuh titik yang berhasil kami temukan dan kami namakan Pasir Satu, Pasir Dua, hingga Pasir Tujuh. Pasir Empat adalah yang terluas,” kata Mahlan.

Anggrek tumbuh di bawah rindangnya pohon di sela-sela pasir putih. Jenisnya pun beragam.

“Ada anggrek hitam, anggrek putih, anggrek merah, anggrek pisang, anggrek lipan, anggrek bulan, dan masih banyak lagi yang kami belum tahu namanya,” papar Mahlan.

Dia menyebut total luasan kawasan ini mencapai 400 hektar. Potensi yang besar ini sedang dikembangkan untuk dijadikan obyek wisata maupun penelitian.

Kaspul menjelaskan, pihaknya bersama pemerintah desa sedang merancang lokasi itu sebagai obyek wisata. Langkah awal yang sedang dipikirkan adalah kemudahan akses pengunjung.

“Kami sedang merancang aksesnya agar ada kemudahan bagi pengunjung, termasuk fasilitas penunjang,” katanya.

Kecamatan Kenohan adalah salah satu daerah pedalaman di Kabupaten Kutai Kartanegara. Dari kota Tenggarong, ibu kota Kabupaten Kutai Kartanegara, butuh waktu hingga lima jam perjalanan darat.

Kecamatan ini dahulu cukup ramai karena berdiri di sepanjang aliran sungai yang bermuara di Danau Semayang. Akses utama transportasi warga melalui sungai membuat Kenohan semacam tempat transit atau singgah.

Namun sejak jalan darat sudah bisa digunakan dalam tiga tahun terakhir, dan tidak melewati pusat kecamatan, Kenohan kini mulai sepi.

“Aktivitas ekonomi berjalan lambat, seolah sulit untuk berkembang,” katanya.

Kaspul kini sedang berupaya menghidupkan kembali Kenohan. Langkah awal yang dilakukan adalah membuat kecamatan itu menjadi pusat transit dengan merancang akses jalan baru.

“sambil juga kita menyiapkan kawasan anggrek itu sebagai daerah wisata. Menurut kami itu potensinya luar biasa,” pungkasnya.

Load More