Scroll untuk membaca artikel
Sapri Maulana
Selasa, 30 Maret 2021 | 20:23 WIB
Suasana sepi Museum Samarendah di Jalan Bhayangkara, Samarinda. [Jeri Rahmadani/Presisi.co]

SuaraKaltim.id - Haryy (52) sedang bersantai di Taman Samarendah, Kota Samarinda, belum lama ini. Tak jauh dari taman, ia melihat gedung, dirinya mengira gedung tersebut adalah sebuah took. Padahal, gedung tersebut adalah Museum Samarinda.

Seperti diwartakan Presisi.co, jaringan Suara.com, sebelum pembangunan Museum Samarinda pada 2014 lalu, lokasi tersebut merupakan salah satu gedung bersejarah. Yakni gedung SMP 1 dan SMA 1 Samarinda yang berdiri sejak 1953.

Sempat terjadi pro dan kontra saat Taman Samarendah dan Museum Samarinda di lokasi tersebut dibangun. Banyak warga, terutama alumni SMP 1 dan SMA 1 Samarinda, protes dengan perubuhan gedung yang banyak sejarah saat mereka masih bersekolah di sana.

Pembangunannya menelan dana Rp 12 miliar. Usai dibangun, Museum Samarinda diresmikan pada 2019 lalu selalu tampak sepi.

Baca Juga: Buntut Sidak, Proses Rekrutmen Ratusan Honorer DPRD Samarinda Dipertanyakan

"Saya tidak perhatikan kalau lewat. Tak pernah masuk juga," kata Haryy, saat ditanya soal Museum Samarinda.

Harry sudah dua bulan tinggal di Sungai Dama, Samarinda Ilir.

"Saya penasaran juga dengan isi museum itu," tuturnya.

Menurut dia, pengelola museum perlu membuat masyarakat tertarik masuk ke dalam.

"Apa yang bisa menjadi magnet untuk orang masuk ke dalam? Harusnya pengelola memikirkan itu," urainya.

Baca Juga: Dugaan Absen Siluman, DPRD Samarinda Ungkap Sulitnya Tertibkan Honorer

Staf Kepala Seksi Sejarah dan Cagar Budaya Dinas Kebudayaan Samarinda, M Darwin Hamid menjelaskan, museum ini sudah resmi dibuka saat Syaharie Jaang masih menjabat wali kota.

"Namun baru buka beberapa hari langsung ditutup karena ada pandemi," ungkapnya saat disambangi Presisi.co, Selasa 30 Maret 2021.

Darwin menerangkan, museum saat ini dibuka untuk umum mulai pukul 09.00-12.00 Wita, namun masih bersifat sementara.

Dia menegaskan, museum boleh dimasuki siapa saja termasuk masyarakat. Dengan biaya cuma-cuma alias gratis. "Hanya perlu mengisi buku tamu dan taat protokol kesehatan," terangnya.

"Banyak masyarakat yang datang. Sampai hari ini masih ada yang masuk. Tapi satu orang saja," menurut Darwin.

Load More