SuaraKaltim.id - Anggota Komisi IV DPRD Kalimantan Timur (Kaltim) Salehuddin menyoroti kebijakan penghapusan skripsi sebagai syarat kelulusan mahasiswa di perguruan tinggi. Ia menyarankan, agar skripsi diganti dengan tugas akhir berbentuk jurnal ilmiah.
"Saya setuju jika skripsi ditiadakan, tetapi beberapa tahapan semester itu harus menggambarkan semacam publikasi ilmiah tanpa harus skripsi," katanya, melansir dari Presisi.co--Jaringan Suara.com, Senin (11/12/2023).
Menurutnya, skripsi merupakan salah satu bentuk karya ilmiah yang menunjukkan kemampuan mahasiswa dalam melakukan penelitian dan menghasilkan pengetahuan baru. Namun, ia menilai skripsi juga dapat menjadi beban bagi mahasiswa, terutama pada semester akhir.
Ia menuturkan, agar mahasiswa diberi tugas membuat jurnal pada semester sebelum lulus. Dengan begitu, mahasiswa akan memiliki waktu yang lebih panjang untuk mempersiapkan jurnalnya dan tidak terbebani pada semester akhir.
Ia menyatakan, untuk pihak kampus memberikan poin kredit kepada mahasiswa yang berhasil mempublikasikan karya ilmiah pada jurnal yang terakreditasi. Hal ini untuk mendorong mahasiswa untuk lebih giat melakukan penelitian dan menghasilkan karya ilmiah.
"Saya berharap kebijakan penghapusan skripsi tidak akan menurunkan kualitas pendidikan dan lulusan perguruan tinggi di Indonesia karena kita harus menjaga mutu pendidikan," tuturnya.
Menurutnya, kebijakan penghapusan skripsi mendapat tanggapan beragam dari masyarakat. Ada yang mendukung kebijakan tersebut karena dinilai dapat mengurangi beban mahasiswa. Namun, ada juga yang menolak karena khawatir akan menurunkan kualitas pendidikan.
“Kita harus tetap menjaga mutu pendidikan. Jangan sampai ada kesan, lulusan Indonesia tidak mampu bersaing dengan lulusan negara lain karena tidak punya karya ilmiah,” ujarnya.
Ia menekankan, skripsi tidak seharusnya menjadi satu-satunya patokan utama dalam menentukan kompetensi ilmiah mahasiswa.
Baca Juga: Dinkes Kaltim Minta Fasilitas Kesehatan yang Canggih di IKN
"Skripsi memang salah satu bentuk penilaian, namun tidak bisa dijadikan ukuran tunggal. Kita harus melihat lebih luas lagi, seperti partisipasi dalam penelitian, publikasi ilmiah, dan keterampilan praktis yang relevan dengan bidang studi," ucapnya.
Ia menambahkan, universitas harus mendorong mahasiswa untuk terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang dapat meningkatkan kemampuan analitis dan praktis mereka.
"Ini akan memberikan gambaran yang lebih komprehensif tentang kemampuan seorang mahasiswa," tutupnya.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- Erick Thohir Umumkan Calon Pelatih Baru Timnas Indonesia
- 4 Daftar Mobil Kecil Toyota Bekas Dikenal Ekonomis dan Bandel buat Harian
- 5 Lipstik Transferproof untuk Kondangan, Tidak Luntur Dipakai Makan dan Minum
- 5 Rekomendasi Sepatu Running Selevel Adidas Adizero Versi Lokal, Lentur dan Kuat Tahan Beban
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
Pilihan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
-
Hasil Drawing Play Off Piala Dunia 2026: Timnas Italia Ditantang Irlandia Utara!
-
Pengungsi Gunung Semeru "Dihantui" Gangguan Kesehatan, Stok Obat Menipis!
-
Menkeu Purbaya Lagi Gacor, Tapi APBN Tekor
-
realme C85 Series Pecahkan Rekor Dunia Berkat Teknologi IP69 Pro: 280 Orang Tenggelamkan Ponsel
Terkini
-
Kaltim Pecahkan Rekor: 12.700 Guru Ikut PPG di Tengah Reformasi Pendidikan Nasional
-
5 Link DANA Kaget Sore Ini, Kejutan Cuan Senilai Rp479 Ribu
-
5 Top Mobil Bekas Favorit Keluarga 100 Jutaan, Nyaman dengan Fitur Hiburan
-
Aspirasi Daerah Jadi Penentu Arah RUU Sisdiknas 2025
-
Balikpapan Tawarkan HGU 90 Tahun untuk Dongkrak Arus Investasi