SuaraKaltim.id - Indonesia sangat kaya dengan berbagai macam adat istiadat yang masih terus dilestarikan hingga kini.
Meski ada beberapa ritual adat yang mulai hilang, tetapi ada satu upacara adat yang masih lestari yakni upacara adat Mamat.
Mamat merupakan upacara adat yang dilakukan oleh masyarakat adat Dayak Kenyah Lepo Tau dari rumpun Apo Kayan yang sebagian besar berada di Provinsi Kalimantan Utara.
Inti dari upacara Mamat ini adalah sebagai lambang kemenangan, kejayaan, dan keberanian prajurit perang, serta untuk menolak roh-roh jahat.
Baca Juga: Upacara Adat Nebe'e Rau, Wujud Syukur Masyarakat Dayak Agar Panen Melimpah
Biasanya di zaman dahulu, upacara Mamat ini digelar oleh nenek moyang Suku Dayak Kenyah setelah para jawaranya memenangi peperangan dan merayakannya dengan kegembiaraan.
Tetapi, upacara Mamat ini termasuk upacara adat yang sakral jadi seluruh rangkaian acaranya harus dipimpin oleh pihak tertentu dan hanya boleh diikuti oleh kaum pria saja.
'Mamat' sendiri memiliki arti mengambil atau berburu kepala musuh dan hal itu suatu keharusan dan kewajiban pada zaman dahulu.
Biasanya, masyarakat yang ikut dalam upacara Mamat adalah laki-laki yang mampu dan paling banyak sekitar 30 orang.
Dalam upacara Mamat ini berlangsung selama satu hingga enam hari ini. Sebab, tidak hanya perayaan untuk kemenangan saja, tetapi dilakukan juga pemujaan dan ungkapan syukur kepada dewa dan roh leluhur.
Baca Juga: Urutan Prosesi Adat Ngerangka'u, dari Tarian hingga Pemotongan Kerbau
Mereka menanggap, ritual adat Mamat sebagai wujud terima kasih karena para dewa dan roh leluhur telah melindungi para kesatria saat berada di medan perang.
Oleh karena itu, Suku Dayak Kenyah biasanya menyiapkan seekor babi yang akan disembelih kemudian darahnya dijadikan sesajen untuk para dewa dan leluhur.
Kemudian seluruh rangkaian Upacara Mamat dilaksanakan di bawah Tugu Beliwang atau tugu berhala karena upacara ini merupakan acara pemujaan.
Tugu Beliwang berbentuk tiang kayu yang dihiasi dengan ukir-ukiran dengan bagian puncaknya terdapat patung Burung Enggang yang sedang merentangkan sayap. Rupanya posisi burung ini melambangkan kedamaian dan kemenangan.
Kontributor : Maliana
Berita Terkait
-
5 Fakta Desa Wisata Malasigi Papua Curi Perhatian di CFD Jakarta, Kini Bawa Pulang Piala ADWI 2024
-
Food Estate Merauke: TNI Bantah Intimidasi, Masyarakat Adat Merasa Terancam
-
Bisa Merusak Hutan dan Alam, Pemuda Katolik Papua Tolak PSN: Ini Tanah Bertuan!
-
Laku Dayak Indramayu Menghargai Perasaan Orang Lain
-
Pesan di Balik Baju Gibran Rakabuming saat Dilantik sebagai Wapres, Bukan Busana Sembarangan!
Terpopuler
- Kejanggalan LHKPN Andika Perkasa: Harta Tembus Rp198 M, Harga Rumah di Amerika Disebut Tak Masuk Akal
- Marc Klok: Jika Timnas Indonesia Kalah yang Disalahkan Pasti...
- Niat Pamer Skill, Pratama Arhan Diejek: Kalau Ada Pelatih Baru, Lu Nggak Dipakai Han
- Datang ke Acara Ultah Anak Atta Halilintar, Gelagat Baim Wong Disorot: Sama Cewek Pelukan, Sama Cowok Salaman
- Menilik Merek dan Harga Baju Kiano saat Pesta Ulang Tahun Azura, Outfit-nya Jadi Perbincangan Netizen
Pilihan
-
5 HP Samsung Rp 1 Jutaan dengan Kamera 50 MP, Murah Meriah Terbaik November 2024!
-
Profil Sutikno, Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta yang Usul Pajak Kantin Sekolah
-
Aliansi Mahasiswa Paser Desak Usut Percobaan Pembunuhan dan Stop Hauling Batu Bara
-
Bimtek Rp 162 Miliar, Akmal Malik Minta Pengawasan DPRD Terkait Anggaran di Bontang
-
Satu Orang Tarik Pinjaman Rp330 Miliar dengan 279 KTP di Pinjol KoinWorks
Terkini
-
Aliansi Mahasiswa Paser Desak Usut Percobaan Pembunuhan dan Stop Hauling Batu Bara
-
Generasi Z hingga Baby Boomers: Isran-Hadi Dominasi Survei Poltracking
-
Bimtek Rp 162 Miliar, Akmal Malik Minta Pengawasan DPRD Terkait Anggaran di Bontang
-
Kejar Mimpi di Samarinda: Konser CIMB Niaga Angkat Talenta Lokal
-
Pembagian Uang di Dome Balikpapan, Irma Suryani: Murni Kebiasaan, Bukan Kampanye