SuaraKaltim.id - Upacara adat ngerangka'u merupakan upacara kematian yang disakralkan dari suku Dayak Tunjung dan Benua di Kutai Barat (Kubar) dan Kutai Kartanegara (Kukar), Kalimantan Timur (Kaltim).
Dalam upacara adat ini, terdapat tarian khas yang selalu ditampilkan bersama-sama bernama tari Ngerangka'u.
Tarian ini sudah ada sejak dahulu dan turun temurun hingga saat ini masih dilestarikan oleh masyarakat suku Dayak Benua dan Tunjung.
Tari Ngerangkau ditarikan oleh keluarga yang meninggal baik pria maupun wanita serta semua undangan yang hadir di setiap malam setelah 40 hari kematian.
Dalam menampilkan tari Ngerangkau tersebut, tidak ada persiapan dan latihan secara khusus karena gerak tari yang dilakukan bersifat spontanitas.
Selain itu, para penari saat tampil menari diyakini sebagai arwah dari roh para leluhur.
Untuk itu, bentuk dan kualitas pertunjukan dalam tarian bukan merupakan tujuan utamanya, tetapi fungsi dan kandungan makna dari tarian itu yang lebih utama.
Setelah menari setiap malam, dihari keenam adalah hari pesagaq beluntakng atau pesagaq "batur mesatn" yakni upacara mengawinkan beluntang yang merupakan personifikasi perempuan.
Dalam upacara ini dipergunakan bahasa sastra yang dilagukan yang disebut "ngakai". Dalam upacara awalnya dikisahkan bahwa pihak perempuan menolak dengan berbagai alasan, namun ahirnya atas petunjuk ia mau kawin dengan laki-laki yang melamarnya.
Baca Juga: Pembangunan IKN Bawa Manfaat bagi Masyarakat Adat Dayak, Kata MADN
Maksud upacara perkawinan tersebut adalah melambangkan ada persesuaian pendapat agar selamat dalam melaksanakan upacara perkawinan ini hanya berlakukan apabila pihak keluarga dalam upacara kenyau ini
memotong kerbau.
Hari ketujuh disebut hari "Kile Kelalungan". Pada upacara ini penyentangih atau penjembatan komunikasi antara roh yang sudah mati dengan yang masih hidup mengundang turun.
Roh-roh yang berada pada tengkorak dan roh-roh ini tinggal di "Teliatn Tangkir Langit" yaitu nama tempat roh menurut kepercayaan mereka.
Lalu di hari kedelapan adalah hari Enoq Pedaraq. Upacara ini adalah upacara penjemputan roh-roh orang mati atau roh badare yang berada di Gunung Lumut.
Penjemputan ini bertujuan agar para pedaraq menghadiri upacara. Hari kesembilan adalah hari "Watu" yaitu hari upacara penombakan kerbau yang telah diikat pada belontang.
Upacara ini dilaksanakan apabila pihak keluarga memotong kerbau, tetapi bila tidak memotong kerbau maka hari ini adalah hari terakhir dari upacara.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Bukan Denpasar, Kota Ini Sebenarnya Yang Disiapkan Jadi Ibu Kota Provinsi Bali
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Tinggi Badan Mauro Zijlstra, Pemain Keturunan Baru Timnas Indonesia Disorot Aneh Media Eropa
Pilihan
-
Menkeu Purbaya Tak Mau Naikkan Tarif Listrik Meski Subsidi Berkurang
-
Istana Tanggapi Gerakan 'Stop Tot Tot Wuk Wuk' di Media Sosial: Presiden Aja Ikut Macet-macetan!
-
Emil Audero Jadi Kunci! Cremonese Bidik Jungkalkan Parma di Kandang
-
DPR Usul Ada Tax Amnesty Lagi, Menkeu Purbaya Tolak Mentah-mentah: Insentif Orang Ngibul!
-
6 Stadion Paling Angker: Tempat Eksekusi, Sosok Neti hingga Suara Misterius
Terkini
-
Dr. Dave dan James Kawal Sengketa Tanah Kariangau: Harus Objektif dan Transparan
-
Dishub Permanenkan Jalur Satu Arah di Jalan Abul Hasan Samarinda
-
BGN Akui Mahakam Ulu Masih Jadi 'Blank Spot' MBG di Kaltim
-
Pemerintah Pusat Suntik Rp 100 Miliar untuk Perkuat Infrastruktur Sekitar IKN
-
Lahan 5.298 Meter Persegi Jadi Sengketa, Masa Depan RSHD Samarinda Tak Jelas