SuaraKaltim.id - Suku Dayak Wehea yang tersebar di wilayah Kutai Timur (Kutim), Kalimantan Timur (Kaltim) menjadi salah satu suku yang terkenal dengan pesta adat dan budayanya.
Suku Dayak Wehea ini merupakan suku yang pertama kali mendiami sungai Wehea, yang kini dikenal dengan sebutan sungai Wahau, di Kutim.
Sebagian masyarakat suku ini bermukim di Desa Nehas Liah Bing yang merupakan desa tertua di antara desa-desa Wehea lainnya, termasuk desa lain yang ada di wilayah Kecamatan Muara Wahau, Kongbeng, dan Telen.
Suku Dayak Wehea ini lekat dengan adat-istiadat dan kebudayaan yang mengandung kesakralan dalam menjalankan kehidupan sehari-harinya.
Bahkan, adat-istiadat dan kebudayaan suku ini menjadi entitas yang hingga hari ini masih tetap dipertahankan dan dilestarikan adat dan budaya warisan leluhur itu.
Sama seperti suku adat lainnya, suku Dayak Wehea ini memiliki ritual adat yang sudah menjadi tradisi turun-temurun mereka.
Ritual yang masih terus dilestarikan, yaitu Ritual Lom Plai atau Pesta Panen Padi yang biasanya berlangsung hingga sebulan penuh.
Lom Plai sendiri merupakan ritual yang dilakukan setelah panen padi usai dan hanya sekali dalam setahun.
Lom Plai mempunyai rangkain acara yang cukup panjang dan puncak dari Lom Plai disebut Embob Jengea atau pesta panen.
Baca Juga: Mitos Dayak Punan soal Hewan Pembawa Pesan Utusan 'Tuhan'
Dalam pelaksanaan Lom Plai biasanya melibatkan semua partisipasi dari warga setempat, mulai dari anak remaja hingga lansia, bahkan anak-anak pun turut dilibatkan.
Pembukaan Lom Plai ditandai dengan Ngesea Egung atau pemukulan gong oleh keturunan raja.
Gong dipukul dini hari atau setelah semua makhluk hidup terbangun dari tidur, dan dilakukan di rumah adat atau lamin.
Suara gong mengisyaratkan bahwa kerjasama atau gotong royong menghias kampung dan pelaksanaan ritual sakral bisa dimulai.
Kemudian, selesai suara gong maka diiringi bunyi tabuhan Tewung, yang merupakan prosesi yang bermakna mengabarkan kepada para Dewa Penjaga dan pelindung kampung serta para roh leluhur.
Biasanya Lom Plai ini digelar setiap tahunnya setelah panen padi oleh masyarakat yang mendiami daerah di Sungai Wehea dan Telen.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Body Lotion di Indomaret untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Rawat Garis Penuaan
- 7 Rekomendasi Lipstik Transferproof untuk Pekerja Kantoran, Mulai Rp20 Ribuan
- 27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 14 November: Ada Beckham 111, Magic Curve, dan Gems
- 5 Sepatu Running Lokal Paling Juara: Harga Murah, Performa Berani Diadu Produk Luar
- 6 Tablet RAM 8 GB Paling Murah untuk Pekerja Kantoran, Mulai Rp2 Jutaan
Pilihan
-
Cerita Pemain Keturunan Indonesia Han Willhoft-King Jenuh Dilatih Guardiola: Kami seperti Anjing
-
Mengejutkan! Pemain Keturunan Indonesia Han Willhoft-King Resmi Pensiun Dini
-
Kerugian Scam Tembus Rp7,3 Triliun: OJK Ingatkan Anak Muda Makin Rawan Jadi Korban!
-
Ketika Serambi Mekkah Menangis: Mengingat Kembali Era DOM di Aceh
-
Catatan Gila Charly van Oosterhout, Pemain Keturunan Indonesia di Ajax: 28 Laga 19 Gol
Terkini
-
5 Link DANA Kaget untuk Tambahan Belanja, Saldo Rp397 Ribu Langsung Cair
-
5 Link DANA Kaget Terbaru di Hari Minggu, Saldonya Bernilai Rp499 Ribu
-
Belanja Pegawai Ditekan, Kutim Upayakan TPP ASN Tidak Terpangkas
-
Jaga Identitas di IKN, DPRD PPU Siapkan Payung Hukum untuk Adat Paser
-
Dugaan Kriminalisasi Aktivis Lingkungan di Kaltim: MT Ditahan 100 Hari Tanpa Bukti Baru