Berdasarkan informasi warga setempat, masih terdapat spesies ikan yang belum dijumpai selama penelitian, yaitu patin (Pangasius sp) dan sidat (Anguilla sp).
Hal ini menunjukkan bahwa daftar spesies ikan masih dapat bertambah jika survei dilanjutkan. Habitat perairannya pun terbukti menyimpan potensi keanekaragaman hayati ikan dan krustasea yang tinggi, termasuk potensi temuan spesies baru.
Adapun pada lanskap Desa Muara Siran, tim peneliti menemukan 57 spesies ikan dan lima spesies krustasea. Dari daftar tersebut, 51 spesies ikan dan empat spesies krustasea merupakan spesies asli Indonesia, sisanya spesies introduksi (spesies alien).
“Ada yang bersifat menyerang dan ada yang berstatus asing,” lanjut anggota tim peneliti dari UGM, Rury Eprilurahman.
Rury yang juga dosen di Fakultas Biologi UGM itu mengatakan, spesies invasif seperti ikan nila, sapu-sapu, dan mas, mudah sekali ditemukan di wilayah Desa Muara Siran dan sekitarnya. Adapun yang berjenis asing seperti ikan patin, sepat siam, dan udang.
Melihat mulai ditemukan spesies asing ini, Rury mengatakan, perlu lebih banyak sosialisi tentang dampaknya ke depan.
"Spesies yang diintroduksi ini akan mengancam bagi ekosistem dan kelestarian spesies asli,” tambahnya.
Rury menyarankan untuk melakukan pelarangan pelepasliaran spesies asing di wilayah Muara Siran dan sekitarnya. Desa Muara Siran, adalah desa yang masih memiliki danau dan rawa gambut yang terjaga baik di Kaltim.
Lahan gambut di desa ini merupakan daerah resapan air dan hutan rawa gambut dengan formasi pohon kahoi (Shorea balangeran) terbesar di Kaltim.
Baca Juga: Legenda Lamin Talunsur, Sebuah Desa yang Tenggelam di Dasar Sungai
Wakil Ketua Yayasan Wahana Gerakan Lestari Indonesia Susilo Irwan Jasmono mengatakan bahwa selama ini warga di sekitar lokasi hanya memanfaatkan sebatas konsumsi.
“Potensi untuk ikan hias, dan wisata minat khusus sangat besar di Kalimantan Timur,” sebutnya pada kesempatan yang sama.
Ia mengatakan pula bahwa ikan hias ini memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi daripada ikan konsumsi. Ikan hias itu dijual dengan harga per ekor.
“Harga satu ekor ikan hias bisa senilai satu kilo ikan yang dikonsumsi,” timpalnya.
Ia menyarankan untuk membuat master plan pengelolaan biota air tawar ini. Dengan begitu, semakin cepat diatur tata kelola ikan itu, maka semakin terjamin kelestariannya.
“Penelitian ini merupakan langkah awal dalam mendokumentasikan kekayaan biota ekosistem air tawar di Kalimantan Timur,” beber Manajer Senior Program Terestrial YKAN Niel Makinuddin.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Motor Matic Paling Nyaman Buat Touring di 2026: Badan Anti Pegal, Pas Buat Bapak-bapak
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- Sambut HUT ke-130 BRI: Nikmati Promo Hemat Hingga Rp1,3 Juta untuk Upgrade Gaya dan Hobi Cerdas Anda
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- 3 Pilihan Mobil Bekas Rp60 Jutaan: Irit BBM, Nyaman untuk Perjalanan Luar Kota
Pilihan
-
UPDATE Klasemen SEA Games 2025: Indonesia Selangkah Lagi Kunci Runner-up
-
6 Mobil Bekas Paling Cocok untuk Wanita: Lincah, Irit, dan Punya Bagasi Cukup
-
OJK Awasi Ketat Pembayaran Pinjol Dana Syariah Indonesia yang Gagal Bayar
-
Jejak Emas Rakyat Aceh Bagi RI: Patungan Beli Pesawat, Penghasil Devisa & Lahirnya Garuda Indonesia
-
Pabrik Toba Pulp Lestari Tutup Operasional dan Reaksi Keras Luhut Binsar Pandjaitan
Terkini
-
Mobil Kecil Boleh Melintas di Jalan Tol IKN saat Nataru, Berikut Ini Jadwalnya
-
Penerapan MBG Berdampak Positif Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Masyarakat
-
Roda Perekonomian UMKM dan Warga Berputar Berkat Program MBG
-
Ribuan Paket MBG Disalurkan untuk Korban Banjir dan Longsor di Sumbar
-
Malam Tahun Baru di Balikpapan Lebih Berwarna dengan Pesta 4 Zone Studio