Scroll untuk membaca artikel
Denada S Putri
Selasa, 21 Mei 2024 | 17:40 WIB
Gula Jengkol, makanan khas IKN. [Ist]

SuaraKaltim.id - Ibu Kota Nusantara (IKN) yang terletak di Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) memiliki beragam makanan tradisionalnya yang cukup unik. Salah satu makanan khas yang masih tradisional dari kabupaten tersebut adalah gula merah berbentuk jengkol.

Meski julukan dari gula merah ini gula jengkol, tetapi proses pembuatannya bukan berasal dari jengkol. Proses pembuatan dari gula ini adalah hasil dari nira tandan buah pohon kepala pada umumnya.

Tetapi yang membuat gula ini unik sampai disebut gula jengkol adalah ada pada cetakan dan sentuhan tangan kreatif dari para perajin gula kelapa di Kabupaten Penajam Paser Utara ini.

Para perajin gula pun membuat ukuran gula yang berbentuk sebesar jengkol dan sedikit lebih tebal dari biasanya.

Baca Juga: Arti Benuo Taka, Motto Kabupaten Penajam Paser Utara yang Berasal Dari Bahasa Paser

Kemudian, gula jenis ini dijual di pasar-pasar tradisional di Kabupaten PPU dengan harga sekira Rp 10 ribu sampai Rp 13 ribu.

Keunikan lainnya adalah produksi dari gula di Kabupaten Penajam ini sudah ada dan berlangsung selama puluhan tahun.

Gula jengkol sering digunakan sebagai bahan pemanis dalam masakan tradisional contohnya seperti sayur lodeh, sambal goreng kacang, dan lain-lain.

Lantas bagaimana proses pembuatan dari gula jengkol ini? Berikut penjelasannya:

Bahan-bahan

Baca Juga: Ibu Kota Nusantara: Menyingkap Sejarah Penajam Paser Utara, Kabupaten Muda dengan Masa Depan Cerah

Gula aren yang berasal dari pohon aren atau air nira

Cara Membuat

1. Nira yang telah bersih selanjutnya dimasukkan ke dalam wajan panas.

2. Wajan-wajan yang telah berisi nira tebu, selanjutnya diletakkan pada tungku yang bentuknya memanjang. Dalam satu tungku dapat menampung 5-10 wajan.

3. Wajan masing-masing ditambahkan 0,2% kapur untuk memisahkan zat-zat yang bukan gula.

4. Setelah nira mendidih, segera disaring. Lalu nira dipanaskan lagi untuk penguapan airnya.

5. Ingat selama pemanasan dilakukan pembuangan buih yang mengapung di permukaan nira, agar tidak mempengaruhi mutu gula yang dihasilkan.

6. Untuk mengetahui apakah pemanasan sudah dianggap cukup, maka dilakukan pengujian kristal, yaitu dengan cara meneteskan nira ke dalam air dingin. Apabila tetesan tersebut memadat di dalam air, berarti pemanasan sudah cukup, artinya pemanasan sudah cukup dan nira dapat segera di cetak.

7. Setelah pemanasan berakhir, nira segera dipindahkan atau diangkat ke kotak kayu untuk diaduk supaya dingin. Apabila suhunya telah mencapai sekitar 60° C, maka nira tersebut dapat dicetak dalam cetakan seperti jengkol.

Kontributor : Maliana

Load More