SuaraKaltim.id - Munculnya pusaran angin menyerupai cerobong di permukaan laut Teluk Balikpapan sempat menghebohkan warga pada Sabtu, 31 Mei 2025.
Peristiwa tersebut rupanya merupakan fenomena meteorologi yang dikenal sebagai waterspout, atau puting beliung yang terjadi di atas laut.
Hal itu disampaikan Kepala Stasiun Meteorologi Kelas I Sultan Aji Muhammad Sulaiman BMKG Balikpapan, Kukuh Ribudiyanto, belum lama ini.
"Benar telah terjadi fenomena di Teluk Balikpapan, dan itu biasa disebut waterspout," ujar Kukuh, disadur dari ANTARA, Minggu, 1 Juni 2025.
Menurut Kukuh, waterspout terbentuk dari awan cumulonimbus, jenis awan menjulang yang kerap memicu cuaca ekstrem.
Di dalam awan ini terjadi turbulensi atau pergerakan udara tidak stabil yang memicu pembentukan pusaran angin.
"Dari sinilah terbentuk puting beliung atau waterspout," jelasnya.
Fenomena ini, lanjut Kukuh, terbentuk melalui proses yang sama dengan puting beliung di daratan, yakni akibat ketidakstabilan atmosfer.
“Tekanan rendah di pusat pusaran menyebabkan terbentuknya kolom angin dari dasar awan menuju ke permukaan laut. Itu yang terlihat seperti cerobong air yang berputar,” tambahnya.
Baca Juga: Ketua DPRD Balikpapan Desak Pertamina Minta Maaf Terbuka soal Krisis BBM
BMKG mencatat, waterspout lazim terjadi saat masa peralihan musim—terutama dari kemarau ke penghujan—ketika suhu permukaan laut hangat dan penguapan tinggi memicu pertumbuhan awan cumulonimbus lebih cepat.
“Ciri-ciri umum cuaca ekstrem yang ditimbulkan dari awan cumulonimbus antara lain hujan deras berdurasi singkat, angin kencang, kilat dan petir, serta kemungkinan terjadinya puting beliung atau waterspout,” jelas Kukuh.
Meski kejadian waterspout ini tidak menimbulkan kerusakan atau korban, BMKG mengingatkan masyarakat agar lebih waspada, terutama bagi nelayan dan warga yang beraktivitas di pesisir.
Fenomena ini kerap muncul tiba-tiba dan hanya berlangsung dalam waktu singkat, namun cukup berbahaya.
"Kunjungan ini untuk memastikan kelangsungan pembangunan IKN berjalan sesuai target," lanjutnya.
BMKG juga telah mengeluarkan imbauan kepada masyarakat untuk terus memantau prakiraan dan peringatan dini cuaca.
Warga diimbau mengenali tanda-tanda awal sebelum cuaca ekstrem terjadi, seperti udara yang terasa panas dan pengap, langit cerah yang berubah mendung secara cepat, serta angin yang tiba-tiba berembus kencang.
"Pada masa peralihan yang perlu diwaspadai adalah angin puting beliung karena kejadian itu sangat rentan terjadi di masa peralihan," ujar Kukuh.
Ia menjelaskan, Kalimantan Timur (Kaltim) hingga akhir April lalu masih berada di puncak kedua musim hujan.
Kini, wilayah ini mulai memasuki masa transisi menuju musim kemarau, yang diperkirakan terjadi pada akhir Juni.
Setelah masa peralihan berakhir, masyarakat juga perlu bersiap menghadapi tantangan baru seperti potensi gelombang tinggi akibat angin tenggara dan selatan yang mendominasi selama musim kemarau.
"Gelombang dari tenggara dan selatan akan lebih dominan, dan bisa mengganggu aktivitas nelayan serta pelayaran kecil," ucap Kukuh.
Sebagai penutup, BMKG kembali mengingatkan masyarakat untuk tidak berteduh di bawah pohon besar atau baliho saat terjadi hujan disertai petir dan angin kencang.
Kewaspadaan sejak dini dapat meminimalkan risiko dari kejadian cuaca ekstrem yang sifatnya lokal, cepat terjadi, dan sulit diprediksi.
BMKG: Waspada Pasang Laut 2,9 Meter di Pesisir Kaltim Akhir Mei
Warga pesisir Kalimantan Timur (Kaltim) diminta meningkatkan kewaspadaan menyusul prakiraan pasang laut yang bisa mencapai hampir 3 meter pada akhir Mei 2025.
Kondisi ini berpotensi menimbulkan banjir rob, merusak tambak, serta mengganggu aktivitas di pelabuhan dan permukiman.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Balikpapan menyebutkan, ketinggian pasang laut maksimum yang diperkirakan mencapai 2,9 meter bisa terjadi di sejumlah wilayah pesisir pada tanggal 26 dan 29 Mei 2025.
Hal itu disampaikan Koordinator Bidang Data dan Informasi BMKG Stasiun Kelas I Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan Diyan Novrida di Balikpapan, Kamis, 22 Mei 2025.
"Sejumlah kawasan pesisir di Kaltim berpotensi mengalami pasang laut setinggi 2,9 meter pada 26 dan 29 Mei, sehingga warga setempat harus waspada terhadap dampaknya," ujar Diyan, dikutip dari ANTARA, di hari yang sama.
Wilayah terdampak mencakup Balikpapan, Samboja (Kutai Kartanegara/Kukar), Penajam Paser Utara (PPU), dan Paser.
Khusus untuk Balikpapan, pasang tertinggi diprediksi terjadi pada pagi hari tanggal 28 dan 29 Mei pukul 07.00 WITA, sedangkan surut terendah bisa terjadi pada malam hingga dini hari, 26–30 Mei.
Kondisi ini tidak hanya berisiko menyebabkan banjir rob, tetapi juga mengancam sektor ekonomi masyarakat yang menggantungkan hidup dari aktivitas tambak dan pelabuhan.
"Pasang laut juga bisa mengganggu aktivitas bongkar muat di pelabuhan, aktivitas sosial di kawasan pesisir, bahkan bisa jadi air laut masuk ke pemukiman warga yang dekat pantai, termasuk membahayakan bagi anak-anak yang bermain di pantai," katanya.
Tambak udang, ikan, dan kepiting yang tersebar di sepanjang pesisir Kaltim menjadi sektor paling rentan.
Jika pasang besar menggenangi area tambak, potensi kerugian ekonomi warga pun meningkat.
Peringatan serupa juga berlaku untuk pesisir di kawasan muara sungai dan teluk.
Di muara Sungai Mahakam (Pulau Nubi), pasang laut maksimum juga diperkirakan terjadi pada 29 Mei dengan ketinggian 2,9 meter, disertai surut ekstrem pada dini hari tanggal 29 dan 30 Mei.
Muara Sungai Berau diprediksi mengalami pasang tertinggi 28 Mei pukul 06.00 WITA dengan ketinggian 2,6 meter, sedangkan Teluk Sangkulirang di Kutim menghadapi pasang 2,8 meter antara 27–29 Mei pagi.
"Berikutnya di Teluk Sangkulirang Kabupaten Kutai Timur, pasang tertinggi diperkirakan pada 27–29 Mei dengan ketinggian 2,8 meter pukul 08.00 dan 09.00 WITA, surut terendah 0,2 meter pada 26 Mei pukul 14.00 WITA," kata Diyan.
BMKG mengingatkan pemerintah daerah dan warga agar melakukan langkah antisipasi, terutama di daerah rawan, demi meminimalkan risiko terhadap keselamatan, ekonomi, dan lingkungan.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- Lagi Jadi Omongan, Berapa Penghasilan Edi Sound Si Penemu Sound Horeg?
- 5 Pemain Timnas Indonesia yang Bakal Tampil di Kasta Tertinggi Eropa Musim 2025/2026
- Kisah Pilu Dokter THT Lulusan UI dan Singapura Tinggal di Kolong Jembatan Demak
- Brandon Scheunemann Jadi Pemain Paling Unik di Timnas Indonesia U-23, Masa Depan Timnas Senior
- Orang Aceh Ada di Logo Kota Salem, Gubernur Aceh Kirim Surat ke Amerika Serikat
Pilihan
-
Siapa Ratu Tisha? Didorong Jadi Ketum PSSI Pasca Kegagalan Timnas U-23
-
6 Rekomendasi HP dengan Kamera Canggih untuk Konten Kreator 2025
-
4 Rekomendasi HP Murah Vivo Memori Besar, Harga Terjangkau Sudah Spek Dewa
-
GIIAS 2025 Ramai Pengunjung, Tapi Bosnya Khawatir Ada "Rojali" dan "Rohana"
-
4 Rekomendasi HP 5G Murah Xiaomi dengan Chipset Gahar dan Memori Besar
Terkini
-
IKN Dibuka Lebar untuk Dunia: Basuki Tegaskan Komitmen Investasi Sehat dan Berkelanjutan
-
BMKG Ingatkan Kaltim: Kemarau Basah Bisa Picu Karhutla dan Krisis Air
-
Seno Aji Tegaskan FKDM sebagai Mitra Strategis Jaga Keamanan Wilayah
-
Revisi UU IKN Mengemuka, DPRD Kaltim: Jangan Gegabah Ubah Aturan!
-
Ketika Elpiji Harus Diantar dengan Ketinting: Cerita Distribusi Energi di Mahulu