Scroll untuk membaca artikel
Denada S Putri
Minggu, 06 Juli 2025 | 16:27 WIB
Ilustrasi anak dan perempuan. [Ist]

SuaraKaltim.id - Upaya memperkuat daya tahan mental anak dan perempuan menjadi perhatian serius para pemangku kepentingan nasional.

Ketua Komisi X DPR RI, Hetifah Sjaifudian, menggandeng Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dalam kegiatan sosialisasi bertajuk “Peran Keluarga dan Masyarakat untuk Menumbuhkan Ketangguhan Mental pada Anak dan Perempuan” yang digelar di Hotel Horison Ultima Balikpapan.

Hadir sebagai narasumber dua tokoh penting di bidangnya, yakni Rofingatul Mubasyiroh, Peneliti Ahli Madya BRIN, dan Vivi Nur Asyiah, Psikolog dari UPTD Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Kota Balikpapan.

Dalam sambutannya, Hetifah menegaskan bahwa anak-anak dan perempuan merupakan kelompok strategis sekaligus kelompok yang paling rentan dalam struktur sosial masyarakat.

Baca Juga: Sekolah Rakyat Hadir di Samarinda, 200 Kuota Disiapkan untuk Anak Miskin Ekstrem

"Anak-anak dan perempuan memiliki potensi besar untuk menjadi pondasi kuat dalam keluarga dan masyarakat, namun mereka juga membutuhkan perlindungan dan dukungan yang tepat," tegasnya.

Lebih dari sekadar perlindungan, isu ketangguhan mental kini menjadi sorotan karena tingginya prevalensi gangguan psikologis di tingkat global.

Rofingatul Mubasyiroh menyampaikan bahwa dampak gangguan mental tidak hanya menyentuh aspek individu, tetapi juga memengaruhi produktivitas sosial dan ekonomi.

"Data tahun 2019 menunjukkan bahwa gangguan jiwa menjadi penyebab ke-7 atas jumlah tahun produktif yang hilang akibat kecacatan dan kematian dini (DALY). Dan khusus untuk kecacatan, menjadi penyebab ke-2 (YLD). Angka DALY akibat gangguan jiwa terus meningkat mulai usia remaja hingga dewasa muda, dan angka DALY pada perempuan akibat gangguan jiwa lebih besar dibandingkan laki-laki," ungkapnya.

Menanggapi tantangan ini, dukungan institusi di tingkat lokal sangat dibutuhkan.

Baca Juga: 6,7 Hektare, PPU Bangun Sekolah Rakyat untuk Anak Miskin Sekitar IKN

Psikolog Vivi Nur Asyiah menyampaikan bahwa Balikpapan telah memiliki Pusat Pembelajaran Keluarga (Puspaga) yang bisa dimanfaatkan orang tua sebagai ruang konsultasi dan pembinaan keluarga.

"Puspaga dapat menjadi tempat bagi orang tua untuk berkonsultasi jika terjadi masalah di dalam keluarga, sehingga dapat membantu meningkatkan ketangguhan mental anak dan perempuan," jelas Vivi.

Kegiatan sosialisasi ini diharapkan menjadi titik awal dari penguatan kapasitas masyarakat dalam menciptakan lingkungan yang sehat secara mental dan emosional, terutama bagi anak-anak dan perempuan.

"Kita semua mendapat pengayaan dan juga memberikan satu perspektif baru. Sehingga langkah-langkah nyata bisa diterapkan dengan lebih baik pada kehidupan sehari-hari," ujar Hetifah.

Dengan kolaborasi yang terbangun antara legislatif, lembaga riset, psikolog praktis, dan masyarakat, Hetifah berharap akan terbentuk generasi yang kuat secara mental, tangguh menghadapi tantangan zaman, serta mampu mewujudkan masa depan yang lebih sehat dan inklusif.

Sosialisasi Peran Keluarga dan Masyarakat untuk Menumbuhkan Ketangguhan Mental pada Anak dan Perempuan. [Ist]

Ekspor Batu Bara Turun, Ekonomi Kaltim Tetap Tangguh Hingga Akhir 2025

Meskipun tekanan global mulai memengaruhi sektor ekspor utama, ekonomi Kalimantan Timur (Kaltim) diprediksi tetap tumbuh positif hingga akhir 2025.

Bank Indonesia (BI) Kaltim memproyeksikan laju pertumbuhan ekonomi daerah ini akan mencapai 5,8 persen.

Angka ini memang sedikit lebih rendah dibanding tahun sebelumnya yang mencapai 6,17 persen, namun tetap menunjukkan ketahanan di tengah perlambatan ekspor batu bara.

Salah satu penyebab utama melemahnya ekspor adalah penurunan permintaan batu bara dari dua negara tujuan utama, yakni China dan India, akibat pergeseran orientasi energi mereka.

Hal itu disampaikan Kepala BI Kaltim, Budi Widihartanto, di Samarinda, Sabtu, 5 Juli 2025.

"Selama ini permintaan batu bara terbesar adalah dari China dan India, namun dua negara ini mengalami pergeseran penggunaan energi, yakni tidak lagi dominan berbasis termal, tapi mengutamakan energi terbarukan," ujar Budi, disadur dari ANTARA, Minggu, 6 Juli 2025.

Menurut Budi, kedua negara tersebut telah mengurangi ketergantungan terhadap batu bara sebagai sumber utama pembangkit listrik.

China, misalnya, kini lebih fokus mengembangkan sumber energi hijau. Hal serupa juga terjadi di India, yang mengalihkan prioritasnya dari energi termal ke energi ramah lingkungan.

Kondisi ini menjadi tantangan sekaligus peluang bagi Indonesia untuk mulai melakukan transisi serupa.

Salah satu alternatif yang disoroti adalah pemanfaatan tanaman sebagai sumber energi terbarukan.

"Kalau kita belum memanfaatkan pohon menjadi energi listrik, maka yang diincar adalah pasar ekspor, yakni pohon dengan kandungan listrik tinggi tersebut bisa dijual ke pasar global, China misalnya," jelasnya.

Budi mencontohkan sejumlah tanaman potensial seperti kaliandra merah, gamal, dan kedondong yang dapat dijadikan substitusi batu bara atau bahkan bahan bakar minyak.

Bila dikembangkan serius, Indonesia bisa mengambil peran dalam pasar energi terbarukan global.

Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa penurunan permintaan batu bara dari China dan India sebenarnya telah terjadi sejak triwulan I hingga triwulan II tahun ini, tetapi diperkirakan mulai membaik pada semester kedua.

"Selain pencairan beberapa proyek pemerintah, sejumlah proyek strategis dari swasta pun diperkirakan membaik pada triwulan III dan IV," kata Budi.

Pemulihan ini akan ditopang oleh belanja pemerintah serta pencairan proyek-proyek infrastruktur, baik dari sektor publik maupun swasta. Faktor ini diharapkan menjadi katalis bagi pertumbuhan ekonomi Kaltim menjelang akhir tahun.

Tak hanya permintaan batu bara yang menurun, Budi juga mencatat adanya tekanan pada industri manufaktur global yang turut menekan permintaan energi secara keseluruhan.

Load More