SuaraKaltim.id - Memasuki pertengahan Juli 2025, Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) diperkirakan akan menghadapi hujan dengan intensitas ringan hingga sedang.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Samarinda mengingatkan masyarakat serta instansi terkait untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap dampak yang mungkin timbul, terutama bencana hidrometeorologi.
Hal itu disampaikan Kepala Stasiun Meteorologi Kelas III APT Pranoto BMKG Samarinda, Riza Arian Noor, di Samarinda, Sabtu, 12 Juli 2025.
"Dampak yang bisa ditimbulkan dari hujan seperti banjir, longsor, jalan licin, air sungai meluap, dan pohon tumbang, karena hujan juga berpotensi disertai dengan angin kencang," ujar Riza, disadur dari ANTARA, Senin, 14 Juli 2025.
Menurut Riza, prakiraan untuk periode Dasarian II (10–20 Juli) menunjukkan bahwa sebagian besar wilayah Kaltim akan mengalami curah hujan rendah, berkisar antara 20 hingga 50 milimeter.
Namun, sejumlah daerah diperkirakan akan menerima curah hujan menengah, seperti bagian barat Kutai Timur (Kutim), utara Kutai Kartanegara (Kukar), sebagian besar Mahakam Ulu (Mahulu), serta sebagian kecil wilayah Kutai Barat (Kubar) dan Berau.
Dari sisi intensitas hujan secara musiman, BMKG menyebut bahwa sebagian besar wilayah Kaltim akan mengalami sifat hujan normal dengan kisaran 85 hingga 115 persen dari rata-rata.
Sementara di wilayah pesisir timur, curah hujan cenderung lebih rendah atau berada di bawah normal, yakni 50 hingga 84 persen.
“Selain itu terdapat sebagian kecil wilayah di Kabupaten Kutai Timur dan Kabupaten Berau yang diprediksi mengalami sifat hujan kategori atas normal antara 116 persen hingga 150 persen,” tambah Riza.
Baca Juga: Pendamping PKH Jadi Garda Depan Sekolah Rakyat di Kaltim
Kondisi hujan yang tidak merata ini juga tercermin dari pemantauan Hari Tanpa Hujan (HTH) yang dilakukan BMKG selama Dasarian I Juli 2025.
Wilayah Kaltim, kata Riza, mengalami HTH mulai dari kategori sangat pendek (1–5 hari) hingga menengah (11–20 hari).
“Wilayah dengan durasi HTH terpanjang terdapat di Kabupaten Kutai Kartanegara, yakni di Kecamatan Muara Muntai dengan durasi HTH mencapai 16 hari,” jelasnya.
Dengan kombinasi antara hujan tidak merata dan angin kencang yang mungkin menyertainya, BMKG mengimbau masyarakat tetap waspada terhadap risiko bencana yang bisa muncul sewaktu-waktu, termasuk bagi pemerintah daerah untuk memperkuat sistem mitigasi dan kesiapsiagaan di tingkat lokal.
BMKG: Aphelion Tak Picu Cuaca Ekstrem di Indonesia
Fenomena Aphelion yang terjadi pada awal Juli 2025 kembali jadi perbincangan publik, terutama di media sosial.
Berita Terkait
Terpopuler
- Resmi Dibuka, Pusat Belanja Baru Ini Hadirkan Promo Menarik untuk Pengunjung
- Nggak Perlu Jutaan! Ini 5 Sepatu Lari Terbaik Versi Dokter Tirta untuk Pemula
- Kenapa Motor Yamaha RX-King Banyak Dicari? Motor yang Dinaiki Gary Iskak saat Kecelakaan
- 5 Shio Paling Beruntung di 1 Desember 2025, Awal Bulan Hoki Maksimal
- 5 Moisturizer dengan Kolagen agar Kulit Tetap Elastis dan Muda
Pilihan
-
5 HP Memori 512 GB Paling Murah Desember 2025: Ideal untuk Gamer dan Content Creator Pemula
-
Roblox Ditunjuk Jadi Pemungut PPN Baru, Penerimaan Pajak Digital Tembus Rp43,75 T
-
Bank Indonesia Ambil Kendali Awasi Pasar Uang dan Valuta Asing, Ini Fungsinya
-
Geger Isu Patrick Kluivert Dipecat Karena Warna Kulit?
-
Parah! SEA Games 2025 Baru Dimulai, Timnas Vietnam U-22 Sudah Menang Kontroversial
Terkini
-
6 Mobil Kecil Bekas buat Wanita Selain Honda Jazz, Stylish dan Bertenaga
-
Kabar Gembira, UMP Kaltim 2026 Diprediksi Tembus Rp3,8 Juta
-
5 Sepatu Lari Lokal Nyaman untuk Segala Medan, Ada Pilihan Dokter Tirta
-
5 Mobil Matic Kecil Bekas di Bawah 50 Juta, Sporty dan Praktis untuk Pemula
-
Bocoran Xiaomi 17 Ultra yang Hadirkan Konfigurasi Kamera Baru Lensa Leica