Denada S Putri
Selasa, 28 Oktober 2025 | 18:37 WIB
Pengecekan hama ulat bulu di Taman Bebaya Samarinda. [kaltimetam.id]
Baca 10 detik
  • Ribuan ulat bulu menyerang kawasan Taman Bebaya Samarinda, menyebabkan sejumlah warga dan pengunjung mengalami gatal-gatal akibat bulu halus yang terbawa angin.

  • BPBD dan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Samarinda turun langsung ke lokasi untuk melakukan pemantauan serta menyiapkan langkah penyemprotan menggunakan bahan ramah lingkungan.

  • Fenomena ini bersifat musiman, biasanya muncul saat musim hujan, dan pemerintah fokus melakukan pengendalian populasi ulat, bukan pemusnahan total, agar tak berdampak pada kesehatan masyarakat.

SuaraKaltim.id - Fenomena serangan ulat bulu kembali menghebohkan warga Samarinda, khususnya di kawasan Taman Bebaya yang berada di tepi Sungai Mahakam.

Ribuan ulat yang menempel di pepohonan tak hanya merusak pemandangan, tetapi juga menyebabkan sejumlah pengunjung mengalami gatal-gatal setelah beraktivitas di sekitar lokasi.

Menanggapi laporan tersebut, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Samarinda bersama Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (Ketapang), perangkat kelurahan, serta unsur Bhabinsa dan Bhabinkamtibmas langsung turun ke lapangan pada Selasa, 28 Oktober 2025, untuk melakukan pemantauan dan langkah awal penanganan.

“Kami melihat langsung ke lokasi dan memang benar, di beberapa pohon yang ada di pinggir sungai ini banyak sekali ulat yang sudah berkembang biak,” ujar Analis Kebencanaan BPBD Kota Samarinda, Mohd. Iskandar, disadur dari kaltimetam.id--Jaringan Suara.com, di hari yang sama.

Menurutnya, laporan pertama diterima setelah beberapa warga dan pengunjung taman mengeluhkan rasa gatal di tangan dan leher.

Hasil pengecekan di lapangan menunjukkan koloni ulat tersebut banyak ditemukan menempel pada batang dan daun pohon Rambai Padi di sepanjang tepian sungai.

“Sudah ada warga yang mengeluh gatal-gatal setelah terkena bulu ulat ini. Jadi kami langsung turun bersama tim kelurahan, Dinas Ketapang, Bhabinsa, dan Bhabinkamtibmas,” jelas Iskandar.

Ia menambahkan, bulu halus dari ulat ini bisa terbawa angin dan menyebar ke area lain, sehingga berpotensi menimbulkan gangguan kulit lebih luas.

“Kalau terkena hembusan angin, itu yang berbahaya, karena bulunya bisa menyebar ke mana-mana. Itu yang kita khawatirkan,” tambahnya.

Baca Juga: Kerja di Samarinda Tanpa BPJS? Pemkot Siap Tindak Pelaksana Proyek Bandel

Untuk mencegah penyebaran lebih lanjut, BPBD kini berkoordinasi dengan Dinas Ketapang menyiapkan bahan kimia ramah lingkungan dan peralatan penyemprotan.

“Kami sudah komunikasi dengan Dinas Ketapang untuk menyiapkan racun penyemprot agar proses pengendalian bisa dilakukan dalam waktu dekat,” terangnya.

Penyemprotan akan dilakukan secara bertahap, dengan fokus awal pada area taman yang paling banyak dikunjungi warga.

Selain itu, tim gabungan juga akan memberikan sosialisasi kepada masyarakat agar lebih waspada dan tidak bersentuhan langsung dengan ulat atau daun yang terkontaminasi.

Sementara itu, Jabatan Fungsional Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) Dinas Ketapang Samarinda, Gusti, menjelaskan bahwa fenomena ini merupakan siklus tahunan yang biasanya terjadi pada musim hujan.

“Memang hampir tiap tahun kasus seperti ini muncul. Ulat bulu sangat suka kondisi lembap dan basah. Ketika curah hujan tinggi, mereka mudah sekali bertelur dan berkembang biak,” ungkapnya.

Load More