Pun tata cara peribadatan juga ada yang berubah, jika masuk gereja untuk merayakan Misa, biasanya umat Katolik berlutut dengan menekuk lutut dan salah satu kaki menyentuh lantai yang bermakna kehadiran Yesus dalam tabernakel, dalam Ekaristi.
“Selanjutnya dalam pelaksanaannya, kami tidak menganjurkan berlutut. Karena kalau kita lihat Gereja Katolik selalu berlutut, tapi ini tidak berlutut karena sulit untuk mensterilkan tempat untuk berlutut tersebut,” ujarnya.
“Kami juga menerapkan tidak boleh meninggalkan tempat duduk. Kemudian ada satu hal yang khusus untuk tahun ini biasanya kalau komuni orang mengantre. Jadi komuni itu berbaris ke depan, satu persatu menerima komuni di depan,”
Nantinya ada petugas yang mendatangi umat satu persatu membawa komuni. Hal itu dilakukan agar tetap berjarak dan menghindari penularan.
Baca Juga:Pemkot Balikpapan Imbau Jemaat yang Rentan untuk Beribadah Natal Virtual
“Tahun ini di Gereja kami orang tidak berbaris karena akan sulit menjaga physical distancing. Maka kami menerapkan petugas yang membawa komuni tersebut ke bangku umat-umat. Ini yang menjaga supaya penularan tidak terjadi, tangan tidak kemana-mana.”
Kemudian ketika Misa Natal selesai, umat meninggalkan tempat duduk secara bergantian untuk menghindari tidak terjadi kerumunan.
“Bertahap dari belakang, satu per satu kita bubarkan. Artinya, tidak bergerombol sekaligus orang keluar,” ujarnya.
Dia menambahkan, yang menjadi tantangan Gereja ditengah pandemi covid-19 adalah terkait sumbangan dari umat yang berkurang.
“Masalah keuangan juga di masa pandemi ini sumbangan sangat rendah,” ujarnya.
Baca Juga:Tak Mau Kecolongan Klaster Pernikahan, Pemkot Balikpapan Tegaskan Ini