Wali Kota Rahmad Mas'ud Pastikan Covid-19 Varian Delta Telah Menyebar di Balikpapan

Wali Kota Balikpapan Rahmad Mas'ud memasitkan Covid-19 varian Delta yang dikenal dengan B 16172 yang kali pertama ditemukan di India, kini telah menyebar di Kota Minyak.

Chandra Iswinarno
Selasa, 20 Juli 2021 | 16:09 WIB
Wali Kota Rahmad Mas'ud Pastikan Covid-19 Varian Delta Telah Menyebar di Balikpapan
Wali Kota Balikpapan Rahmad Mas'ud. [Inibalikpapan.com]

SuaraKaltim.id - Wali Kota Balikpapan Rahmad Mas'ud memasitkan Covid-19 varian Delta yang dikenal dengan B 16172 yang kali pertama ditemukan di India, kini telah menyebar di Kota Minyak tersebut.

Pengumuman yang disampaikan Rahmad tersebut berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium Kementerian Kesehatan (Kemenkes).

“Telah ditemukan varian delta baru berdasarkan hasil laborantorium yang dikirim dari Jakarta,” ungkapnya usai rapat pembahasan PPKM Level 4 seperti dilansir Inibalikpapan.com-jaringan Suara.com pada Selasa (20/07/2021).

Dia mengatakan, selain Balikpapan, ada dua daerah lain yang menjadi tempat pesebaran Covid-19 varian delta di Kaltim, yakni Samarinda dan Bontang.

Baca Juga:Sepekan PPKM Darurat, DKK Balikpapan: 7.086 Warga Jalani Rapid Antigen, 6.072 Swab PCR

Untuk mengenali Covid-19 varian Delta, dia menyebut sangat mudah, karena bisa diketahui dari tingginya lonjakan kasus.

“Jadi ada tiga di Kaltim, Jadi Samarinda dan Bontang,” ujarnya.

Karena itu, Rahmad meminta warga untuk tetap waspada. Tetap menerapkan protokol kesehatan (prokes) secara ketat. Karena setiap saat bisa terinveksi covid-19 jika tak taat prokes.

“Perlu saya sampaikan ke masyarakat, hati-hati kita. Waspada. Tapi jangan juga ketakutan. Covid-19 ini ada disekeliling kita. Tapi sekali lagi dengan prokes Insyaallah menjaga keluarga kita dan diri kita,” katanya.

Sebelumnya, Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengemukakan, sedikitnya ada dua ciri utama Covid-19 varian Delta yang bisa terlihat.

Baca Juga:Pemkot Balikpapan Fungsikan Embarkasi Haji Batakan Jadi RS Darurat Covid-19

Budi mengemukakannya, setelah Kemenkes berdiskusi dengan epidemiologi juga diaspora-diaspora Indonesia di luar negeri saat membahas sebaran varian delta yang terjadi di luar Pulau Jawa-Bali.

"Kita lihat bahwa kasus Delta, dilakukan penelitian di Ingris, ciri-cirinya dua. Pertama CT lebih rendah. Kemudian masa aktifnya lebih cepat, jadi sembuhnya pun lebih cepat. Tapi meningkat keparahannya pun lebih cepat sehingga intervensi terapi atau keperawatan di rumah sakit juga berbeda," ungkap Budi dalam konferensi pers daring seperti dilansir Suara.com, Jumat (9/7/2021).

Dia mencontohkannya, seperti yang terjadi di Sumatera Barat pada periode minggu pertama Desember 2020, saat Covid-19 Varian Delta belum menyebar. Rerata, nilai CT pasien Covid-19 yang paling kecil adalah 12,15. Kemudian pada akhir Juni 2021, angka CT makin turun hingga 8,22 paling kecil.

Kondisi serupa juga terjadi di daerah-daerah yang kali pertama ditemukan kasus Covid varian Delta, yakni wilayah Jakarta, Kabupaten Kudus (Jawa Tengah), dan Bangkalan (Jawa Timur).

"Sehingga dengan menggunakan komparasi seperti ini kita bisa menduga bahwa daerah yang rata-rata CT minimalnya rendah kemungkinan sudah dimasuki Delta. Sehingga kita bisa melakukan persiapan yang lebih baik dalam rangka mengantisipasi penyebaran Delta yang memang lebih cepat, tapi tidak lebih mematikan," kata Budi.

Secara keseluruhan, data yang dikumpulkan sejak Juni 2021 untuk kasus di Sumatera Barat, ada 63,6 persen orang positif Covid-19 memiliki angka CT di bawah 20. Sementara di wilayah Jakarta, Kudus, dan Bangkalan, Covid-19 Varian Delta sudah dominan karena temuan 81,2 persen kasus Covid dengan angka CT di bawah 20.

"Kita sudah ambil keputusan sekarang setiap uji PCR, CT value harus dimasukkan ke sistem. Agar kita bisa mengantisipasi dimana daerah yang potensi penyebaran Delta ada di sana. Kita mulai Senin akan mulai role up ke seluruh provinsi termasuk di luar Jawa," katanya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini