SuaraKaltim.id - Kerajaan Sambaliung di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur (Kaltim) di masa silam ikut merasakan masa penjajahan Jepang.
Kala itu pada saat Jepang datang, rakyat Sambaliung mengira bangsa Jepang akan membawa perubahan dan kemajuan seperti yang digaungkan.
Saat rakyat sudah berharap, rupanya harapan itu hanya semu saja. Hanya beberapa bulan tentara Jepang bersikap sopan.
Setelahnya, Angkatan laut Jepang yang menduduki Berau mulai bertingkah kasar dan bengis. Jika keinginan mereka tidak terpenuhi, rakyat dipukul dan ditempeleng.
Baca Juga:Garutu, Makhluk Mistis yang Dipercaya Jadi Pelindung Keraton Sambaliung dari Bom
Rakyat dihina dengan kata-kata kasar berbahasa Jepang seperti otak ayam dan lainnya. Rakyat pun mengalami bentuk penghinaan bermacam-macam.
Harta yang dimiliki rakyat seperti ayam, itik, kambing, dan hewan ternak lainnya diambil tanpa dibayar.
Rakyat kemudian disuruh gotong-royong untuk kepentingan tentara Jepang, yaitu dipaksa menjadi romusha (kerja paksa) dengan meninggalkan anak istri.
Sultan Aminuddin dari kerajaan Sambaliung dan Sultan Achmad Maulana dari kerajaan Gunung Tabur, serta menteri kerajaan pun tidak berdaya melindungi rakyatnya.
Banyak anggota kerajaan Sambaliung yang akhirnya ikut ditangkap saat masa penjajahan Jepang mulai terdesak oleh sekutu.
Baca Juga:Sejarah Kerajaan Berau sampai Terpecah, Ada Campur Tangan Belanda
Di antaranya ada Datu Said Agil, putra Sultan Sambaliung, Abidinsyah di Sambaliung, Aji Berni Mas Soeamo di Talisayan dari kerajaan Sambaliung bersama anak buahnya.
- 1
- 2