Sejak abad ke-14 berubah nama menjadi Kutai Kartanegara. Setelah menyatu dengan Kerajaan
di Pantai Pesisir menjadi Kutai Kartanegara Ing Mardipura pada abad ke-17.
Kerajaan Kutai Hindu terakhir yang memerintah adalah raja kelima Adji Pangeran Temenggung Baya Baya, tahun 1475-1525.
Pada pemerintahan raja keenam, Adji Raja Mahkota (1525-1600) mulai memeluk agama Islam dan masih termasuk ke dalam Kutai Lama.
Terdapat bukit sejarah berupa makam dua raja, yaitu Raja Adji Mahkota dan Raja Adji Dilanggar (1600 -1605) yang tercatat sebagai raja ketujuh.
Baca Juga:Prabowo Bakal ke Kaltim, Silaturahmi dengan Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura
Kawasan makam ini termasuk wilayah ibukota Kerajaan Kutai yang berkedudukan di Jaitan Layar atau kira-kira di kampung Kutai Lama yang saat ini, termasuk dalam wilayah Kecamatan Anggana Kabupaten Kutai.
Sejak pemerintah raja keenam ini, agama Islam menjadi agama mayoritas masyarakat Kutai.
Pemerintah kesultanan berakhir pada masa pemerintah Adji Raja Muhammad Parikesit (1920-1960).
Beliau membangun Mesjid Jami Hasanuddin di atas Istana Sultan Kutai, yang sekarang menjadi Museum Mulawarman.
Hingga tahun 1959 daerah Kutai masih merupakan daerah istimewa. Saat ini statusnya telah menjadi sebuah kabupaten, yaitu Kabupaten Kutai Kartanegara yang berpusat di Tenggarong.
Baca Juga:Sejarah dan Asal Usul Nama Kerajaan Kutai Kertanegara Ing Martadipura
Saat ini, Kota Tenggarong mayoritas dihuni orang Kutai dan Penduduk lainnya adalah suku Dayak, Banjar, Bugis, dan Jawa.