Sejarah Tato Dayak Iban, Tradisi Turun Temurun yang Diwariskan Nenek Moyang

Tato sendiri merupakan peradaban kuno yang lahir dari budaya tradisional di masyarakat pedalaman.

Denada S Putri
Kamis, 07 Maret 2024 | 15:15 WIB
Sejarah Tato Dayak Iban, Tradisi Turun Temurun yang Diwariskan Nenek Moyang
Ilustrasi pria dewasa masyarakat Dayak yang memiliki tato. [Ist]

SuaraKaltim.id - Setiap suku di daerah manapun memiliki kebudayaan yang turun temurun dari nenek moyang mereka.

Kebudayaan yang mereka percayai itu sebagian hingga saat ini dan masih terus berjalan meski diterpa oleh arus kuat globalisasi.

Termasuk kebudayaan Suku Dayak yakni tato yang menjadi salah satu kebudayaan yang masih terus dipertahankan masyarakatnya hingga saat ini.

Tato sendiri merupakan peradaban kuno yang lahir dari budaya tradisional di masyarakat pedalaman.

Baca Juga:Polres Kukar Tertibkan Judi Berkedok Adat, Temukan Dadu, Tongkok, dan Sabung Ayam

Di antara suku-suku bangsa di dunia, yang dikenal memiliki budaya tato adalah suku Indian di Amerika, Suku Maori di Selandia Baru, Suku Rapa Nui di Pulau Paskah, dan Suku Chin di Burma.

Di Indonesia sendiri, budaya tato juga dimiliki oleh suku lainnya seperti Suku Mentawai di Sumatera Barat, suku Moi di Papua, suku Bali, dan suku Dayak di Kalimantan.

Menurut sejarahnya, budaya tato suku Dayak diduga berasal dari daratan Asia yakni tepatnya Cina Selatan, yang merupakan daerah asal nenek moyang Suku Dayak.

Hal itu lantaran di Pulau Kalimantan, imigran ras Proto Melayu ini melahirkan suku Dayak yang berkembang menjadi ratusan subsuku kecil.

Meskipun memiliki akar yang sama, nyatanya setiap subsuku mengembangkan tradisi, adat istiadat, dan seni budaya dengan ciri khas masing-masing yang bisa berbeda.

Baca Juga:Pakaian Adat Tari Ngerangkaw, Tarian Upacara Kematian Suku Dayak Benuaq

Jadi, meski terdapat budaya tato dari nenek moyangnya, tetapi tidak semua memiliki budaya tato atau seni rajah tubuh di suku mereka.

Suku Iban termasuk salah satu subsuku Dayak yang mengembangkan budaya tato selain Kenyah, Kayan, Bahau, Sa'ban, Ngaju, dan Bakumpai. Masyarakat Iban, dalam bahasa ibunya, menyebut tato sebagai "uker" atau "pantang".

Dibandingkan tato milik subsuku lain, seperti Dayak Kayan, pantang Iban cenderung "lebih kasar" atau berukuran lebih besar dan tidak terlalu rumit atau mendetail.

Tato atau seni ukir atau rajah tubuh ini menjadi bagian dari tradisi dan religi serta simbolisasi kehidupan suku Dayak Iban atau disebut juga Dayak Laut.

Suku Iban merupakan salah satu sub-suku Dayak yang mendiami Pulau Kalimantan di wilayah Kalimantan Barat dan juga di wilayah Sabah dan Sarawak di Malaysia dan Brunei Darussalam.

Budaya tato dalam masyarakat Dayak, termasuk Dayak Iban, merupakan tradisi nenek moyang yang telah diwariskan secara turun-temurun kira-kira sejak 1500–500 SM.

Kontributor: Maliana

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak