Hidup Komunal Ala Suku Dayak di Rumah Betang

Dalam adat Dayak sendiri, mereka biasa tinggal dalam sebuah rumah bernama Rumah Betang berbentuk panggung dan memanjang.

Denada S Putri
Kamis, 07 Maret 2024 | 17:15 WIB
Hidup Komunal Ala Suku Dayak di Rumah Betang
Ilustrasi Rumah Betang Sei Pasah. [Ist]

SuaraKaltim.id - Suku Dayak menjadi salah satu suku yang masih ketat mempertahankan adat istiadat dan budayanya. Termasuk budaya untuk hidup berkomunal dalam sebuah tempat tinggal bernama Rumah Betang.

Dalam KBBI, komunal berarti bersangkutan atau bisa diartikan juga milik rakyat atau umum.

Dalam adat Dayak sendiri, mereka biasa tinggal dalam sebuah rumah bernama Rumah Betang berbentuk panggung dan memanjang.

Panjang dari Rumah Betang bisa mencapai 30-150 meter serta lebarnya dapat mencapai sekitar 10-30 meter dengan tiang yang tingginya sekitar 3-5 meter.

Baca Juga:Jarang Terdengar, Begini Perubahan Pandangan Masyarakat Tentang Adat Belian Bawo

Biasanya Rumah Betang dihuni oleh 100-150 jiwa dan dijuluki juga sebagai rumah suku. Hal itu karena di dalamnya terdapat satu keluarga besar.

Jadi satu keluarga besaar itu terbagi di rumah berang menjadi beberapa ruangan yang bisa dihuni oleh setiap keluarga.

Setiap Rumah Betang yang dihuni oleh ratusan orang ini biasanya dipimpin oleh seorang Pambakas Lewu.

Adapun rumah betang yang tersisa pada masyarakat Dayak saat ini merupakan contoh kehidupan budaya tradisional yang mampu bertahan dan beradaptasi dengan lingkungan.

Sebab terdapat banyak faktor yang menyebabkan masyarakat Dayak mempertahankan rumah betang mereka.

Baca Juga:Siapa Suku Dayak Iban? Dikenal Sebagai Penjaga Hutan Selama Ratusan Tahun

Hal itu salah satunya karena masyarakat Dayak memiliki naluri untuk selalu hidup bersama secara berdampingan dengan alam dan warga masyarakat lainnya.

Dalam kesehariannya, mereka gemar hidup damai dalam komunitas yang harmonis sehingga berusaha terus bertahan dengan pola kehidupan di rumah betang.

Harapan ini didukung oleh kesadaran setiap individu yang menjadi penghuni rumah Betang ini untuk menyelaraskan kepentingannya dengan kepentingan bersama.

Kesadaran tersebut dilandasi oleh alam pikiran religio-magis mereka yang menganggap setiap warga mempunyai nilai, kedudukan dan hak hidup yang sama dalam lingkungan masyarakatnya.

Di sisi lain, kehidupan komunal di rumah betang juga didukung oleh pola permukiman mereka yang dekat dengan sumber-sumber makanan di sekitar alam.

Misalnya mereka tinggal dilahan untuk berladang, sungai yang banyak ikan, dan hutan-hutan yang dihuni binatang buruan.

Kontributor: Maliana

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini