SuaraKaltim.id - Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) menjadi salah satu kabupaten dengan sorotan khusus setelah wilayahnya terpilih menjadi tempat berdirinya ibu kota baru di Indonesia, yakni Nusantara.
Kabupaten ini merupakan kabupaten termuda kedua di Kalimantan Timur setelah resmi diakui oleh pemerintah dan DPR RI pada tahun 2002.
Setelah menjadi daerah dimana Ibu Kota baru akan berdiri, berbagai hal mengenai kabupaten ini sudah menjadi sorotan.
Seperti sorotan terhadap adat istiadatnya, kemudian sorotan terhadap budayanya, sorotan terhadap makanan tradisionalnya, hingga mengenai budaya yang masih dilestarikan.
Baca Juga:Bawaslu PPU Siap Kawal Pemilu Jujur, Adil dan Transparan di Benuo Taka
Masyarakat dari kabupaten ini merupakan hasil pemekaran dari masyarakat Kabupaten Paser, sehingga masyarakat yang ada juga didominasi oleh warga suku Paser.
Ada beberapa tarian khas dari daerah ini, salah satunya adalah tarian Hantu Bambu yang dikenal dengan nama tarian Uok Botung.
Tarian Uok Botung merupakan tarian dari pedalaman suku Dayak Paser yang digarap oleh Sanggar Seni Entero Penajam Paser Utara.
Tari ini menceritakan tentang keberadaan Uok Botung yang sangat mengganggu ketenteraman masyarakat.
Bahkan, gangguan dari Uok Botung ini membuat prihatin 5 orang pemuda yang sampai tergerak semangatnya untuk membantu masyarakat mengusir Uok Botung tersebut.
Baca Juga:Jaringan Internet PPU Hampir Rampung, 95% OPD, Fasilitas Umum, dan Sekolah Tersambung
Sayangnya, Uok Botung memiliki kesaktian yang amat sangat luar biasa sehingga kelima pemuda tersebut tidak dapat mengalahkan Uok Botung.
Atas usaha keras dari lima pemuda tersebut, akhirnya iba Dewi Bumi merasa iba dan merasa harus turun tangan membantu lima orang pemuda tersebut dengan cara menurunkan kesaktiannya.
Akhirnya berkat bantuan Dewi Bumi, lima orang pemuda tersebut mampu mengalahkan Uok Botung dengan cara menerbangkan Mandau mereka.
Jadi, tarian Uok Bokung sendiri adalah perang tanding antara pangeran yang merupakan tunangan dari putri cantik dan bijaksana dengan pangeran lain yang ingin mendekati putri itu.
Sayangnya, salah satu dari pangeran kalah dan kembali ke asalnya, sementara sang putri akhirnya menerima pangeran gagah berani yang menang dalam perkelahian tersebut.