Sementara itu, sembilan gigitan lain dilaporkan berasal dari hewan liar lainnya.
"Semakin banyak hewan peliharaan, semakin besar kemungkinan adanya gigitan," jelas Jaya.
Untuk menekan penyebaran rabies, langkah pertama yang ditekankan adalah penanganan luka segera setelah gigitan terjadi.
“Fokus utama adalah mencegah gigitan tersebut menularkan rabies,” ujarnya. Ia menyarankan masyarakat segera mencuci luka dengan sabun dan disinfektan sebagai langkah awal.
Baca Juga:BBM Langka di Balikpapan, Kapal Tanker Dikonfirmasi Tiba Malam Ini
Di sisi lain, Dinkes Kaltim juga aktif menjalin kerja sama lintas sektor dengan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) untuk program vaksinasi hewan.
Vaksin anti rabies ini diberikan secara gratis kepada hewan peliharaan maupun hewan liar.
"Kami selalu berkoordinasi dengan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan, terkait dengan upaya bagi hewan liar agar bisa divaksinasi," ucap Jaya.
Sebagai bagian dari sistem pertahanan kesehatan, Dinkes juga memperkuat keberadaan Rabies Center di berbagai puskesmas dan rumah sakit di wilayah Kaltim untuk meningkatkan respons medis terhadap kasus-kasus rabies.
77 Persen Sembuh, Kaltim Masih Kejar Target Nasional TBC RO
Baca Juga:Transformasi Ekonomi Kaltim Dilirik Taiwan, Fokus pada Industri Hijau dan SDM
Penanggulangan Tuberkulosis Resisten Obat (TBC RO) kini makin difokuskan pada lini terdepan layanan kesehatan.
Dinas Kesehatan (Dinkes) Kalimantan Timur (Kaltim) tengah memperkuat kapasitas tim pengobatan TBC RO di tingkat puskesmas melalui pelatihan dan kolaborasi lintas sektor.
Lokakarya peningkatan kapasitas ini digelar di Samarinda hingga 17 Mei 2025 dengan dukungan dari Global Fund.
Langkah ini merupakan bagian dari respons terhadap angka kasus TBC yang masih tinggi secara nasional.
Hal itu disampaikan Kepala Dinkes Kaltim, Jaya Mualimin, Kamis, 15 Mei 2025.
"Tuberkulosis masih menjadi tantangan kesehatan utama di Indonesia, termasuk Kaltim," ujar Jaya, disadur dari ANTARA, di hari yang sama.