Atasi Kecelakaan Beruntun, Dishub Balikpapan Batasi Operasional Kendaraan Berat

Sebagai langkah awal, Dishub kini memberlakukan pembatasan jam operasional kendaraan di atas 10 ton.

Denada S Putri
Sabtu, 07 Juni 2025 | 17:40 WIB
Atasi Kecelakaan Beruntun, Dishub Balikpapan Batasi Operasional Kendaraan Berat
Ilustrasi operasional kendaraan berat. [Ist]

SuaraKaltim.id - Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Balikpapan menunjukkan komitmennya dalam menanggapi aspirasi publik, khususnya dari kalangan mahasiswa Fakultas Hukum, dengan memperkuat regulasi dan pengawasan terhadap kendaraan berat yang melintas di kota ini.

Kepala Dishub Balikpapan, Muhammad Fadli Pathurrahman, mengungkapkan bahwa aspirasi mahasiswa mencakup tiga isu penting yang kini tengah dievaluasi secara serius: peninjauan regulasi lalu lintas, penindakan pelanggaran kendaraan berat, dan langkah konkret untuk menekan angka kecelakaan.

“Sejak insiden kecelakaan di Simpang Muara Rapak, kami melakukan evaluasi menyeluruh terhadap aturan operasional kendaraan berat," katanya dalam keterangan pers di Balikpapan, melansir dari ANTARA, Sabtu, 7 Juni 2025.

Sebagai langkah awal, Dishub kini memberlakukan pembatasan jam operasional kendaraan di atas 10 ton, yakni hanya boleh melintas pukul 22.00–05.00 WITA dan hanya di jalur tertentu.

Baca Juga:Pusaran Angin di Teluk Balikpapan Bikin Geger, Apa Itu Waterspout?

Akan tetapi, kebijakan ini akan diperketat lagi.

"Namun, berdasarkan evaluasi teknis, kami akan memperketat aturan ini dengan melarang kendaraan berat melintas di luar jam operasional, baik bermuatan maupun kosong,” ujar Fadli.

Evaluasi ini menjadi penting mengingat rentetan kecelakaan yang terus terjadi di Simpang Muara Rapak sejak 2009 lalu.

Salah satu yang paling tragis terjadi pada 21 Januari 2022, yang menewaskan lima orang dan melukai 30 lainnya.

Dishub juga telah menjalankan sejumlah rekayasa lalu lintas, seperti pengalihan jalur untuk kendaraan ringan dan roda dua, penandaan jalur khusus kendaraan berat, serta pendirian pos pantau yang bekerja sama dengan kepolisian.

Baca Juga:BBM Langka, SPBU Kurang: Balikpapan di Tengah Krisis Energi Perkotaan

“Kami juga berkoordinasi erat dengan Kepolisian, karena penindakan hukum terhadap kendaraan berat merupakan kewenangan mereka. Sinergi ini penting agar kebijakan berjalan efektif,” ujar Fadli.

Lebih jauh, Dishub menyiapkan sejumlah program jangka menengah dan panjang untuk mendukung keselamatan dan kelancaran lalu lintas.

Ini termasuk peninggian median jalan, penambahan pos pantau, pembangunan terminal barang, serta depo kontainer agar kendaraan logistik tak lagi menumpuk di kawasan padat.

“Rencana lain termasuk pembangunan jalur khusus logistik dan percepatan Jembatan Sumber Rejo sebagai solusi konektivitas tanpa mengganggu kawasan padat penduduk,” jelasnya.

Fadli juga mengapresiasi masukan dari kalangan akademik sebagai bagian dari partisipasi publik dalam pembentukan kebijakan transportasi kota.

"Aspirasi tersebut menjadi pijakan evaluasi dan perbaikan regulasi ke depan demi mewujudkan lalu lintas yang aman, tertib, dan berkelanjutan," pungkasnya.

Pusaran Angin di Teluk Balikpapan Bikin Geger, Apa Itu Waterspout?

Munculnya pusaran angin menyerupai cerobong di permukaan laut Teluk Balikpapan sempat menghebohkan warga pada Sabtu, 31 Mei 2025.

Peristiwa tersebut rupanya merupakan fenomena meteorologi yang dikenal sebagai waterspout, atau puting beliung yang terjadi di atas laut.

Hal itu disampaikan Kepala Stasiun Meteorologi Kelas I Sultan Aji Muhammad Sulaiman BMKG Balikpapan, Kukuh Ribudiyanto, belum lama ini.

"Benar telah terjadi fenomena di Teluk Balikpapan, dan itu biasa disebut waterspout," ujar Kukuh, disadur dari ANTARA, Minggu, 1 Juni 2025.

Menurut Kukuh, waterspout terbentuk dari awan cumulonimbus, jenis awan menjulang yang kerap memicu cuaca ekstrem.

Di dalam awan ini terjadi turbulensi atau pergerakan udara tidak stabil yang memicu pembentukan pusaran angin.

"Dari sinilah terbentuk puting beliung atau waterspout," jelasnya.

Fenomena ini, lanjut Kukuh, terbentuk melalui proses yang sama dengan puting beliung di daratan, yakni akibat ketidakstabilan atmosfer.

“Tekanan rendah di pusat pusaran menyebabkan terbentuknya kolom angin dari dasar awan menuju ke permukaan laut. Itu yang terlihat seperti cerobong air yang berputar,” tambahnya.

BMKG mencatat, waterspout lazim terjadi saat masa peralihan musim—terutama dari kemarau ke penghujan—ketika suhu permukaan laut hangat dan penguapan tinggi memicu pertumbuhan awan cumulonimbus lebih cepat.

“Ciri-ciri umum cuaca ekstrem yang ditimbulkan dari awan cumulonimbus antara lain hujan deras berdurasi singkat, angin kencang, kilat dan petir, serta kemungkinan terjadinya puting beliung atau waterspout,” jelas Kukuh.

Meski kejadian waterspout ini tidak menimbulkan kerusakan atau korban, BMKG mengingatkan masyarakat agar lebih waspada, terutama bagi nelayan dan warga yang beraktivitas di pesisir.

Fenomena ini kerap muncul tiba-tiba dan hanya berlangsung dalam waktu singkat, namun cukup berbahaya.

"Kunjungan ini untuk memastikan kelangsungan pembangunan IKN berjalan sesuai target," lanjutnya.

BMKG juga telah mengeluarkan imbauan kepada masyarakat untuk terus memantau prakiraan dan peringatan dini cuaca.

Warga diimbau mengenali tanda-tanda awal sebelum cuaca ekstrem terjadi, seperti udara yang terasa panas dan pengap, langit cerah yang berubah mendung secara cepat, serta angin yang tiba-tiba berembus kencang.

Setelah masa peralihan berakhir, masyarakat juga perlu bersiap menghadapi tantangan baru seperti potensi gelombang tinggi akibat angin tenggara dan selatan yang mendominasi selama musim kemarau.

"Gelombang dari tenggara dan selatan akan lebih dominan, dan bisa mengganggu aktivitas nelayan serta pelayaran kecil," ucap Kukuh.

Sebagai penutup, BMKG kembali mengingatkan masyarakat untuk tidak berteduh di bawah pohon besar atau baliho saat terjadi hujan disertai petir dan angin kencang.

Kewaspadaan sejak dini dapat meminimalkan risiko dari kejadian cuaca ekstrem yang sifatnya lokal, cepat terjadi, dan sulit diprediksi.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak