6. Gangguan Irama Jantung
Aritmia seperti fibrilasi atrium atau takikardia ventrikel membuat irama jantung tidak stabil dan mengganggu fungsi pemompaan darah.
7. Penyakit Metabolik Kronis
Diabetes dan obesitas memperbesar risiko kerusakan jantung secara progresif. Kelompok lanjut usia yang memiliki kondisi ini lebih rentan terhadap komplikasi seperti gagal ginjal.
Perlu dibedakan, gagal jantung bukanlah serangan jantung. Gagal jantung berkembang akibat gangguan fungsi otot jantung secara bertahap, sementara serangan jantung terjadi mendadak karena penyumbatan koroner.
Gejala awal yang patut diwaspadai antara lain cepat lelah saat beraktivitas, sesak napas saat tidur (terutama malam hari), hingga terbangun karena kesulitan bernapas (paroxysmal nocturnal dyspnea).
Penanganan gagal jantung membutuhkan pendekatan menyeluruh berbasis pedoman medis terkini, termasuk terapi kombinasi obat-obatan guna meredakan gejala, mencegah rawat inap, serta menurunkan risiko kematian.
“Pasien dengan EKG menunjukkan LBBB dan morfologi QRS lebar dapat dibantu dengan CRT (Cardiac Resynchronization Therapy),” jelas dokter Novi.
CRT berfungsi menyinkronkan kontraksi kedua sisi bilik jantung agar pemompaan lebih efektif.
Jika terapi obat tidak berhasil, alat bantu jantung seperti LVAD (Left Ventricular Assist Device) dapat digunakan. Dalam kasus ekstrem, ECMO (Extracorporeal Membrane Oxygenation) membantu sirkulasi dan oksigenasi. Bila semua metode gagal, transplantasi jantung menjadi pilihan terakhir.
Dokter Novi mengingatkan bahwa deteksi dan penanganan gagal jantung sejak dini sangat krusial untuk mencegah komplikasi berat. Penundaan terapi hanya akan memperburuk kondisi dan menurunkan harapan hidup pasien.