SuaraKaltim.id - Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) kembali menunjukkan kontribusinya dalam diplomasi kemanusiaan global dengan mengirim satu perwakilan tenaga medis untuk bergabung dalam misi kemanusiaan ke Palestina.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kaltim, Jaya Mualimin, secara resmi melepas relawan tersebut dalam sebuah upacara di Samarinda, Sabtu, 2 Agustus 2025.
"Tim ini merupakan perwakilan dari Kaltim yang tergabung dalam tim Emergency Medical Team (EMT) melalui lembaga Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI)," ujar Jaya, disadur dari ANTARA, di hari yang sama.
Adalah dr. Bambang Surip, seorang dokter spesialis anak yang telah memasuki masa pensiun, yang terpilih mewakili Kaltim dalam misi ini.
Baca Juga:Tak Lagi Seremonial, DPRD Kaltim Dorong Penanganan Stunting Berbasis Data
Dedikasinya dalam bidang kesehatan kini dibawa ke level yang lebih luas—menyentuh kehidupan anak-anak korban konflik di Palestina.
"Kami sangat bangga, Kaltim dapat berkontribusi dalam misi ini. Ini menunjukkan kepedulian masyarakat provinsi ini terhadap kondisi kemanusiaan yang terjadi di sana," kata Jaya.
Ia juga mengingatkan pentingnya menjalankan misi dengan profesionalisme tinggi, serta tetap memperhatikan protokol keamanan dan aturan yang berlaku di wilayah penugasan, yakni Yordania sebagai pintu masuk ke Palestina.
"Penting untuk tetap berada dalam koridor kenegaraan. Ikuti aturan yang ada di sana, karena jika tidak, ada risiko besar yang mungkin terjadi," tambahnya.
Dalam penjelasannya, dr. Bambang menyebut bahwa misi ini adalah bagian dari program EMT internasional, dan merupakan misi ke-40 secara global.
Baca Juga:Tanggap Darurat Kekeringan, Pemprov Kaltim Salurkan 68,5 Ton Beras ke Mahulu
"Dari enam orang yang awalnya lolos seleksi, dua orang mengundurkan diri dan satu tidak lolos verifikasi. Jadi, hanya tiga orang dari Indonesia yang berangkat, dan saya satu-satunya yang mewakili Kaltim," ungkapnya.
Dua relawan lainnya diketahui berasal dari Jakarta dan Jawa Tengah. Ketiganya akan berangkat menuju Yordania pada 5 Agustus 2025, dan dijadwalkan kembali pada 23 Agustus 2025.
Dengan spesialisasi di bidang pediatri, kehadiran dr. Bambang sangat diharapkan untuk memberikan layanan medis kepada anak-anak yang menjadi korban utama dalam krisis kemanusiaan di Palestina.
Kaltim Mulai Lepas Ketergantungan Batu Bara, UMKM Jadi Pilar Baru Ekonomi
Langkah transformasi ekonomi di Kalimantan Timur (Kaltim) memasuki babak baru.
Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kaltim menegaskan komitmennya untuk tidak lagi bergantung sepenuhnya pada ekspor batu bara.
Sebaliknya, sektor nonmigas—khususnya usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM)—didorong menjadi pilar baru pertumbuhan ekonomi.
Gubernur Kaltim Rudy Mas'ud menegaskan bahwa selama ini kontribusi batu bara sangat besar, mencapai 60 persen dari produksi nasional dan menyumbang 71 persen terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) daerah.
Namun, ketergantungan terhadap komoditas tak terbarukan ini mulai dipertanyakan keberlanjutannya.
Hal itu disampaikan Rudy dalam sambutannya saat mendampingi Menteri Perdagangan Budi Santoso meresmikan Export Center Balikpapan, Jumat, 1 Agustus 2025, di Galeri UMKM Balikpapan.
“Kita harus bertransformasi menuju ekonomi hijau dan biru yang berkelanjutan,” ujar Rudy disadur dari ANTARA, Sabtu, 2 Agusus 2025.
Transformasi ini bukan hanya narasi semata.
Rudy menyebutkan sederet komoditas ekspor nonmigas yang dinilai memiliki daya saing tinggi di pasar internasional, mulai dari udang windu organik, kerang segar, kepiting, ikan laut, rumput laut, hingga kakao, sawit, dan karet.
Ia bahkan menyebutkan bahwa Balikpapan setiap harinya mampu mengirimkan 5–8 ton kerang segar ke Singapura, lewat distribusi via Jakarta.
Potensi ini, katanya, akan jauh lebih optimal bila jalur logistik bisa dipangkas.
“Akses langsung akan mempercepat distribusi dan meningkatkan daya saing produk kita,” tegas Rudy.
Ia berharap Kementerian Perdagangan bisa memfasilitasi rute penerbangan langsung dari Balikpapan ke negara tujuan ekspor utama seperti Singapura dan Hong Kong.
Selain hasil perikanan, Kaltim juga memiliki kekuatan di sektor perkebunan dan keanekaragaman hayati.
Rudy menyoroti luas lahan sawit mencapai 3 juta hektare dan kawasan hutan seluas 12,5 juta hektare yang menjadi habitat bagi lebih dari 1.500 spesies flora dan fauna.
Komoditas seperti kakao dari Kutai Timur (Kutim) juga terus dikembangkan sebagai produk bernilai tambah.
Dengan berdirinya Export Center Balikpapan, Pemprov berharap pelaku UMKM tidak hanya mendapat pelatihan teknis dan pendampingan, tetapi juga dibantu menjangkau jejaring dagang global.
“Transformasi ekonomi harus berbasis nilai tambah, inklusif, dan berkelanjutan. UMKM adalah pemain kuncinya,” tutur Rudy.