SuaraKaltim.id - Pemerintah Kota (Pemkot) Samarinda melalui Dinas Kesehatan (Dinkes) memperluas upaya skrining kesehatan masyarakat, khususnya untuk kasus Human Immunodeficiency Virus (HIV).
Langkah ini ditegaskan sebagai bagian dari standar pelayanan minimal (SPM) yang ditetapkan Kementerian Kesehatan.
Kepala Dinkes Samarinda, Ismed Kuasasih, menekankan bahwa penanganan HIV tidak hanya soal jumlah kasus yang terus bertambah, melainkan keseriusan pemerintah dalam menemukan penderita sedini mungkin.
“HIV ini kan dijadikan satu dari 12 SPM. Samarinda gencar skrining. (Prinsipnya) semakin cepat penderita ditemukan, semakin cepat pula kita bisa obati, sehingga risiko kematian dapat ditekan,” ujarnya di Rumjab Wali Kota Samarinda, dikutip dari Presisi.co--Jaringan Suara.com, Selasa, 19 Agustus 2025.
Baca Juga:Langkah Awal Sekolah Rakyat 24 Samarinda: Mulai dengan 12 Guru, Target 100 Siswa
Ia menyebut, sepanjang tahun lalu Dinkes Samarinda berhasil mendeteksi sekitar 500 penderita melalui program skrining, dan hampir seluruhnya kini menjalani pengobatan rutin.
“Kalau HIV ini jangan sampai jatuh ke AIDS. Karena kalau sudah AIDS, biasanya kematian akan segera datang. Maka yang kita kejar adalah skrining secepat mungkin,” tambah Ismed.
Hingga Agustus 2025, tercatat sekitar 2.000 penderita HIV di Samarinda menjalani terapi rutin, hasil dari puluhan ribu warga yang telah mengikuti pemeriksaan.
Menurutnya, menghadapi HIV tidak bisa dibebankan hanya kepada tenaga medis.
“Ini sama seperti Covid. Tidak bisa hanya dikerjakan oleh insan kesehatan. Harus ada kolaborasi dari hulu hingga hilir, termasuk pendidikan dan tokoh agama,” tegasnya.
Baca Juga:BSI Bungas Mahakam, Solusi Sistematis Pengelolaan Sampah Kota Samarinda
Ismed juga mengungkapkan, perilaku seks menyimpang, terutama laki-laki suka laki-laki (LSL), masih menjadi penyumbang terbesar kasus HIV di Samarinda.
Faktor perilaku seks bebas juga turut memicu tingginya angka kasus.
“Saya kira juga sama hampir di seluruh Indonesia atau Kabupaten Kota kalau HIV tertinggi LSL. Jadi kita harus semua kolaboratif ya, stakeholder dari hulu sampai hilir,” katanya.
Selain HIV, Dinkes Samarinda juga memperkuat deteksi dini Tuberkulosis (TBC), salah satu program prioritas nasional Presiden.
“Kuncinya tetap sama, bagaimana skrining bisa dilakukan lebih cepat agar pengobatan segera diberikan,” pungkas Ismed.