SuaraKaltim.id - Suku Balik merupakan kelompok etnis yang mendiami kawasan Sepaku di Penajam Paser Utara dan Kota Balikpapan, Kalimantan Timur.
Awalnya, Suku Balik dianggap sebagai salah satu sub-suku dari suku Paser, tetapi menurut Sibukdin, kepala adat Balik, suku Balik bukan merupakan bagian dari suku Paser dan merupakan suku yang berbeda.
Sejarah dari suku asli Balikpapan, Suku Paser Balik atau Balik tidak terlepas dari sejarah Kota Balikpapan itu sendiri.
Balikpapan sendiri aslinya adalah nama sebuah suku, yakni Suku Paser Balikpapan. Kemudian nama tersebut dijadikan sebagai nama kota juga.
Nama Kota Balikpapan diambil dari nama suku pada kata "Balik", dan kata "Papan" berasal dari masyarakat suku Balik yang dahulu dikenal sebagai penyuplai papan untuk Kerajaan Kutai Kartanegara.
Lantas bagaimana sejarah dari suku Balik sendiri? Pada abad ke-18, suku Balik mengabdi kepada Kerajaan Kutai Kartanegara dan Kesultanan Paser.
Wilayah suku Balik berbatasan dengan wilayah suku Kutai di sebuah tempat bernama Gunung Parung.
Kemudian berbatasan dengan suku Paser di Sungai Tunan yang merupakan wilayah hadiah pernikahan Sultan Paser kepada putrinya yang menikah dengan bangsawan Kutai.
Dahulu suku Balik hidup di hutan, ada lima gua yang menjadi tempat penghidupan bagi mereka, yakni Gua Tembinus, Bekayas, Belatat, Parung, dan Liang Tulus.
Di gua-gua itulah, suku Balik mengambil sarang burung walet hitam dan kemudian ditukar dengan beras. Suku Balik juga tidak mengenal sayur-sayuran, seperti wortel, dan sebagainya karena mereka mengenal tanaman liar yang ada di hutan saja.
Suku Balik mengenal kijang, rusa, atau kelinci dari hasil berburu. Pada tahun 1942, ketika itu terjadi pertempuran besar di wilayah adat suku Balik di Balikpapan.
Saat itu, suku Balik hidup di pesisir Kota Balikpapan, daerah kekuasaan Kerajaan Kutai Kartanegara dibawah kepemimpinan Sultan Adji Muhammad Sulaiman.
Ketika terjadi perang, warga yang ketakutan bersembunyi di pedalaman hutan yang berada di batas terakhir wilayah adat yang kini menjadi kecamatan Sepaku.
Pada masa penjajahan Jepang di tahun 1940-an, inilah awal mula pemukiman suku Balik di wilayah tersebut, walau ada yang mengklaim lebih awal seperti sejak zaman penjajahan Belanda.
Sekitar tahun 1970-an, Pemerintah Indonesia membuat program transmigrasi dari Pulau Jawa ke wilayah yang jarang penduduknya di luar Jawa, salah satu wilayah tersebut adalah wilayah Sepaku-Semoi.
Para transmigran ini kemudian diberi sebidang tanah yang luasnya satu hektar, lengkap dengan legalitas dari pemerintah.
Seiring datangnya transmigran, Sepaku juga kedatangan perusahaan hutan tanaman industri dan perkebunan sawit. Tanah-tanah milik suku Balik mulai dijualbelikan.
Saat itu, masyarakat suku Balik tidak mengerti tentang pentingnya legalitas tanah. Ladang-ladang yang mereka miliki bisa dijual dengan harga murah, sesuai kebutuhan. Hal inilah yang kemudian mereka lama-kelamaan kehilangan tanahnya.
Berita Terkait
-
Geger Masyarakat Adat Pamaluan Kena Ultimatum untuk Pindah dari Kawasan IKN: Hanya untuk Kepentingan Elit kah?
-
Jadwal Imsak Balikpapan, Samarinda dan Bontang 16 Maret 2024
-
MUI Balikpapan Sebut Hormati Aturan Pengeras Suara Masjid, Hindari Kegaduhan
-
Waspada di Bulan Ramadan: Polresta Balikpapan Fokus Berantas Narkoba, Kenakalan Remaja, dan Kebakaran
-
Doa dan Jadwal Maghrib untuk Wilayah Balikpapan, Samarinda, dan Bontang Jumat 15 Maret 2024
Terpopuler
- Kata-kata Miliano Jonathans Tolak Timnas Indonesia
- Miliano Jonathans: Hati Saya Hancur
- Dari Premier League Bersama Crystal Palace Kini Main Tarkam: Nasib Pilu Jairo Riedewald
- 40 Kode Redeem FF Terbaru 16 Agustus 2025, Bundle Akatsuki dan Emote Flying Raijin Wajib Klaim
- Dicari para Karyawan! Inilah Daftar Mobil Matic Bekas di Bawah 60 Juta yang Anti Rewel Buat Harian
Pilihan
-
Viral! Ekspresi Patrick Kluivert Saat Kibarkan Bendera Merah Putih di HUT RI-80, STY Bisa Kaya Gitu?
-
Tampak Dicampakkan Prabowo! "IKN Lanjut Apa Engga?" Tanya Basuki Hadimuljono
-
Tahun Depan Prabowo Mesti Bayar Bunga Utang Jatuh Tempo Rp600 Triliun
-
5 Rekomendasi HP Realme Murah Terbaik Agustus 2025, Harga Mulai Rp 1 Jutaan
-
Kontroversi Royalti Tanah Airku, Ketum PSSI Angkat Bicara: Tidak Perlu Debat
Terkini
-
Proyek Rp 200 Miliar Ditunda, Bontang Kuala Dapat Prioritas Polder
-
Hadapi IKN, Pemkab PPU Ajukan Pemekaran Dua Kecamatan
-
Digitalisasi Layanan Publik: Sakti Gemas Hadir di Kalimantan Timur
-
Pulau Miang Lirik Wisata Hiu Paus, Magnet Baru Bahari Kutim
-
Menjaga IKN, Pemkab PPU Tegas Tertibkan Tambang Galian C Ilegal