Scroll untuk membaca artikel
Denada S Putri
Minggu, 31 Maret 2024 | 04:00 WIB
Ilustrasi tarian masyarakat Suku Paser. [Ist]

SuaraKaltim.id - Kerajaan Sadurengas dan Kesultanan Paser memiliki sejarah dan ikatan yang kuat di masa lalu.

Adapun, di zaman dahulu Kerajaan Paser awalnya dikenal dengan nama Kerajaan Sadurangas.

Wilayahnya meliputi sebagian besar daerah pantai Kalimantan Timur (Kaltim) bagian Selatan Kabupaten Paser termasuk Balikpapan.

Kerajaan Sadurangas awalnya didirikan sekitar 1516 dan diperintah oleh seorang ratu yang bernama Aji Putri Petung, yang kemudian menurunkan raja-raja Paser.

Baca Juga: Zakat Fitrah di PPU Naik Rp 5-6 Ribu, Ini Rinciannya

Wilayah kekuasaan kerajaan Sadurengas meliputi Kabupaten Paser yang ada sekarang, ditambah dengan Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU), Balikpapan dan Pamukan yang sekarang menjadi Kabupaten Tanah Bumbu dan Kabupaten Kota Baru di Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel)

Menurut perjanjian VOC-Belanda dengan Kesultanan Banjar, negeri Paser merupakan salah satu bekas negara dependensi atau negara bagian di dalam "negara Banjar Raya". Pada 1853, penduduk Kesultanan Paser berjumlah 30.000 jiwa.

Sementara, cerita terbentuknya awal kerajaan Paser, tertulis dalam buku yang berjudul “Budaya dan Sejarah Kerajaan Paser”.

Dalam buku itu tertulis terbentuknya Kerajaan Paser dari yang semula Kerajaan Sandurengas pada tanggal 2 Safar tahun 9 Hijriyah atau 630 Masehi.

Pada saat Putri Petong berusia 22 tahun, dilantik atau dinobatkan menjadi ratu yakni ratu pertama kerajaan Paser yang semula kerajaan Padang Bertinti menjadi kerajaan Sadurengas.

Baca Juga: Pemkab PPU dan Otorita Bersinergi Cegah Gejolak di Masyarakat Terkait Pembangunan IKN

Namun, dalam versi Pemerintah Kabupaten Paser, Kerajaan Sadurangas didirikan pada abad ke-16 atau sekitar 1516.

Kemudian, islamisasi di Kerajaan Paser melalui beberapa jalur, di antara jalur perkawinan-perkawinan dilakukan oleh Abu Mansyur Indra Jaya dengan Putri Petong, dari Kerajaan Paser raja komunitas Paser.

Begitu juga perkawinan Sayyid Ahmad Khairuddin yang kawin dengan Aji Mitir anak Putri Petong dengan Abu Mansyur Indra Jaya.

Kemudian, jalur perdagangan di sungai Kendilo yang merupakan sungai besar pada zaman dahulu, yang selalu dilalui para pedagang dari berbagai daerah Nusantara, termasuk pedagang dari Arab.

Interaksi antara masyarakat Kerajaan Paser dengan para pedagang muslim menyebabkan sebagian masyarakat penduduk tertarik untuk memeluk agarna Islam.

Dalam sebuah cerita rakyat, Putri Petong sebelum kawin dengan Abu Mansyur Indra Jaya, sudah beberapa kali kawin, akan tetapi jika akan berhubungan badan dengan lelaki, jika sang putri tidak lari dari peraduan akan mati.

Hal ini disebabkan sari bambu yang melekat pada Putri Petong. Oleh karena itu setelah kawin dengan Abu Mansyur Indra Jaya, ia dapat sembuh dari penyakit tersebut.

Kemudian hingga saat ini peninggalan-peninggalan kerajaan Paser masih dapat dilihat hingga sekarang.

Contoh peninggalan itu berupa keraton, kuburan raja atau Sultan, dan benda-benda purbakala yang sampai sekarang masih ada dari keturunan raja-raja Paser.

Sejarah Kerajaan Paser juga dapat dipelajari dari sumber-sumber sejarah seperti peninggalan kepurbakalaan, keronik-keronik yang ditulis oleh orang-orang Belanda, dan cerita-cerita rakyat yang mengandung nilai-nilai sejarah tentang kerajaan Paser.

Kontributor: Maliana

Load More