SuaraKaltim.id - Bangsa Austronesia merupakan kelompok etnis besar di benua Asia yang masih satu rumpun dengan berbagai suku di negara lain, termasuk suku Dayak di Pulau Kalimantan.
Suku Dayak merupakan pecahan dari kelompok-kelompok suku dari bangsa Austronesia yang ribuan tahun lalu melakukan migrasi ke Indonesia dan beberapa negara lainnya seperti China, Malaysia, dan Brunei.
Migrasi Austronesia ke Indonesia dipercaya menjadi migrasi terakhir yang meninggalkan Taiwan sekitar 3.000 tahun yang lalu. Migrasi ini dilakukan melalui jalur utara yang melewati Filipina sampai ke Sulawesi hingga ke Kalimantan.
Kelompok migrasi ini membawa suku Dayak menjadi etnis dengan ciri khas tertentu yang masih tetap dipertahankan dalam beberapa kepercayaan, salah satunya adalah kepercayaan agamanya.
Suku Dayak mengenal agama mereka dengan nama Kahuringan. Agama Kaharingan adalah salah satu agama aliran hindu yang berasal dari dari Bahasa Sangiang dari kata Haring yang berarti kehidupan.
Kaharingan adalah agama yang dijadikan sumber kehidupan yang mengalirkan air suci kehidupan dalam kuasa Ranying Hatalla Langit.
Kaharingan menjadi salah satu agama leluhur di Indonesia yang masih bertahan hingga kini dan masih dianut oleh beberapa Suku Dayak dengan banyak sub-suku kecil lainnya di Pulau Kalimantan.
Mereka menyebut nama agamanya sebagai "Kaharingan" yang diperoleh dari bahasa ritual 'haring' yang bermakna 'ada dengan sendirinya, tanpa pengaruh asing'.
Dalam perkembangannya, mereka menyebut Kaharingan berarti hidup. Menurut masyarakat Dayak Ngaju, Kaharingan telah ada beribu-ribu tahun sebelum datangnya agama Hindu, Budha, Islam dan Kristen.
Baca Juga: Kehidupan Suku Aborigin Formosa di Taiwan yang Mirip Suku Dayak di Kalimantan
Tradisi yang unik dari masyarakat Dayak Ngaju penganut Kaharingan adalah perlakuan terhadap orang yang meninggal dunia.
Dalam konsep Kaharingan, sebuah kematian dianggap sebagai masa transisi dimana roh yang meninggal dunia harus dipersiapkan dan diantarkan menuju ke alam roh.
Sementara untuk sampai ke alam roh yang mereka percaya berada di Gunung Lumut itu, si arwah harus melalui beberapa perjalanan yang panjang dan penuh rintangan.
Perjalanan arwah dimulai ketika orang meninggal dunia dikuburkan dalam tanah dengan wadah kubur berupa raung atau peti mati berbentuk perahu.
Mereka percaya, arwah menuju ke alam roh harus menaiki perahu, karena untuk menuju ke gunung harus melewati sungai besar atau laut.
Kemudian, proses penguburan orang Dayak berorientasi barat timur dengan posisi kepala berada di sebelah timur sehingga ketika bangun menghadap ke barat.
Berita Terkait
Terpopuler
- Kata-kata Miliano Jonathans Tolak Timnas Indonesia
- Miliano Jonathans: Hati Saya Hancur
- Dari Premier League Bersama Crystal Palace Kini Main Tarkam: Nasib Pilu Jairo Riedewald
- Insiden Bendera Terbalik saat Upacara HUT RI ke-80, Paskibraka Menangis Histeris
- Dicari para Karyawan! Inilah Daftar Mobil Matic Bekas di Bawah 60 Juta yang Anti Rewel Buat Harian
Pilihan
-
Viral! Ekspresi Patrick Kluivert Saat Kibarkan Bendera Merah Putih di HUT RI-80, STY Bisa Kaya Gitu?
-
Tampak Dicampakkan Prabowo! "IKN Lanjut Apa Engga?" Tanya Basuki Hadimuljono
-
Tahun Depan Prabowo Mesti Bayar Bunga Utang Jatuh Tempo Rp600 Triliun
-
5 Rekomendasi HP Realme Murah Terbaik Agustus 2025, Harga Mulai Rp 1 Jutaan
-
Kontroversi Royalti Tanah Airku, Ketum PSSI Angkat Bicara: Tidak Perlu Debat
Terkini
-
Proyek Rp 200 Miliar Ditunda, Bontang Kuala Dapat Prioritas Polder
-
Hadapi IKN, Pemkab PPU Ajukan Pemekaran Dua Kecamatan
-
Digitalisasi Layanan Publik: Sakti Gemas Hadir di Kalimantan Timur
-
Pulau Miang Lirik Wisata Hiu Paus, Magnet Baru Bahari Kutim
-
Menjaga IKN, Pemkab PPU Tegas Tertibkan Tambang Galian C Ilegal