SuaraKaltim.id - Tebar garam di langit sekitar Ibu Kota Nusantara (IKN) untuk kelancaran percepatan pembangunan masih di lakukan. Hal itu disampaikan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Kelas I Sultan Aji Muhammad Sulaiman (SAMS) Sepinggan Balikpapan, Jumat (30/08/2024) lalu.
Hal itu dilakukan katanya karena masih banyak proyek di IKN yang harus diselesaikan tepat waktu. Ia menyatakan, BMKG memiliki tanggung jawab untuk mendukung pembangunan proyek di IKN.
“Masih banyak proyek yang harus diselesaikan tepat waktu di IKN, sehingga BMKG memiliki tanggung jawab mendukung proyek ini melalui modifikasi cuaca agar tidak terjadi hujan di kawasan IKN,” katanya, dikutip dari ANTARA, Senin (02/09/2024).
Hal yang dilakukan BMKG dalam mendukung proyek nasional ini adalah dengan menyemai garam di sekitar langit IKN, bukan persis di langit IKN, karena garam yang disemai di gumpalan awan bertujuan untuk mempercepat turun hujan.
Untuk itu, garam yang disemai disesuaikan dengan arah angin, misalnya jika ada gumpalan awan di atas laut Balikpapan, kemudian angin mengarah ke kawasan IKN, maka pesawat segera terbang ke gumpalan awan tersebut untuk menyiramkan garam sehingga langsung terjadi hujan di atas laut.
Jika awan tersebut tidak dilakukan rekayasa cuaca, maka dikhawatirkan awan akan terus bergerak ke IKN dan turun hujan di IKN, sehingga pekerjaan proyek di IKN bisa terhambat akibat hujan, padahal proyek tersebut harus terus berjalan agar cepat selesai.
“Penyemaian zat NaCl (garam) dilakukan setiap hari dan telah berjalan sejak Juni lalu hingga saat ini, yakni masuk dalam rangkaian operasi modifikasi cuaca (OMC) agar tidak hujan di IKN,” ucapnya.
Ia menjelaskan, penyemaian garam ini dilakukan kerja sama dengan pihak terkait, baik pesawat yang diterbangkan dari bandara di APT Pranoto Samarinda maupun yang diterbangkan dari Bandara SAMS Sepinggan di Balikpapan.
Penyebaran garam menggunakan pesawat dari Samarinda dilakukan kerja sama antara BMKG, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), dan Smart Aviation, sedangkan pesawat dari Balikpapan dilakukan kerja sama antara BMKG dan TNI AU.
Baca Juga: Masjid Negara IKN Dalam Proses: Desain Unik dan Progres 20% Tercapai, Nilai Proyek Rp 940 Miliar
Dalam OMC ini, pesawat dari Samarinda bisa melakukan operasi antara 4-6 kali per hari, tergantung pada tingkat ketebalan awan yang berpotensi menyebabkan hujan, sementara OMC dari Balikpapan dilakukan 2-3 kali per hari.
Pesawat dari Samarinda tergolong kecil dengan beban muat garam sekitar 1 ton per operasi, sedangkan pesawat dari Balikpapan lebih besar dengan berat garam yang diangkut antara 1,5-2 ton per operasi.
"Untuk OMC dari Samarinda sejak Juni hingga kini rutin berjalan tiap hari, sedangkan OMC dari Balikpapan sempat terhenti karena habis kontrak, namun sejak kemarin OMC dari Balikpapan kembali dilanjutkan," ujar Kukuh.
Berita Terkait
Terpopuler
- Breaking News! PSSI Resmi Umumkan Pelatih Timnas Indonesia
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
- 5 Rekomendasi Cushion Mengandung Skincare Anti-Aging Untuk Usia 40 Ke Atas
- Djarum Buka Suara soal Pencekalan Victor Hartono dalam Kasus Dugaan Korupsi Tax Amnesty
- 5 Smartwatch Terbaik untuk Olahraga dan Pantau Detak Jantung, Harga Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
Terkini
-
Livin' Fest 2025 di Balikpapan: Bank Mandiri Perkuat Ekosistem UMKM dan Industri Kreatif Kalimantan
-
Kaltim Pecahkan Rekor: 12.700 Guru Ikut PPG di Tengah Reformasi Pendidikan Nasional
-
5 Link DANA Kaget Sore Ini, Kejutan Cuan Senilai Rp479 Ribu
-
5 Top Mobil Bekas Favorit Keluarga 100 Jutaan, Nyaman dengan Fitur Hiburan
-
Aspirasi Daerah Jadi Penentu Arah RUU Sisdiknas 2025