Scroll untuk membaca artikel
Denada S Putri
Minggu, 10 November 2024 | 15:40 WIB
Ilustrasi buta politik. [Ist]

SuaraKaltim.id - Akademisi Universitas 17 Agustus Samarinda (Untag), Wesley Hutasoit menegaskan, pentingnya literasi politik bagi seluruh lapisan masyarakat jelang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024.

Selepas menghadiri #NgoPi-Kaltim Seri 7 di Teras Samarinda, Jumat (08/11/2024) lalu, Wesley mengatakan, literasi politik yang baik akan menghindarkan masyarakat dari “buta politik” dan mampu meningkatkan kualitas partisipasi dalam pemilihan.

"Generasi milenial dan generasi Z harus memahami politik di sekitarnya, bahkan jika mereka tidak berperan langsung dalam politik," ujar Wesley disadur dari Presisi.co--Jaringan Suara.com, Minggu (10/11/2024).

Menurutnya, jika masyarakat memiliki literasi yang baik, dapat berguna untuk mengetahui apa yang terjadi di lingkungan mereka, bagaimana menilai kebijakan, serta bagaimana memilih pemimpin yang kompeten.

Baca Juga: Proyek IKN di Bawah Bayang-bayang Penghentian Anggaran? Akademisi: Satu Per Satu Gigi Tanggal Jokowi Mulai Dicabutin

Wesley menyampaikan, tiap generasi memiliki preferensi yang berbeda dalam menerima informasi. Generasi milenial cenderung menggunakan buku dan berita, sementara generasi Z lebih banyak mengandalkan media audio-visual.

“Saat ini generasi Z lebih banyak mendengar ketimbang membaca. Mereka mengandalkan platform seperti video pendek dan media sosial. Ini membuat mereka kadang kesulitan membedakan informasi benar dan salah,” jelas Wesley.

Ia menambahkan, tantangan literasi tidak hanya pada generasi muda di perkotaan tetapi juga di wilayah terpelosok, yang kerap terbatas akses internet dan informasi politik.

Akademisi Universitas 17 Agustus Samarinda (Untag), Wesley Hutasoit. [Presisi.co]

“Masyarakat di perkotaan tentu lebih mudah mencari informasi. Namun, bagaimana masyarakat di luar perkotaan bisa mendapatkan akses yang setara? Ini perlu menjadi perhatian agar mereka tidak tertinggal dalam partisipasi politik," tuturnya.

Sebagai informasi, dari data yang dimiliki oleh Programme for International Student Assessment (PISA), Indonesia berada di peringkat 70 dari 80 negara dengan skor literasi membaca 359.

Baca Juga: Pendidikan Hanya Janji Manis Kampanye? Akademisi Unmul Kritisi Janji Kandidat

Indonesia masih kalah dengan negara Asia Tenggara lain yakni Thailand di posisi 63 dengan skor 379 dan Malaysia di posisi 60 dengan skor 388, serta Brunei Darussalam di posisi 44 dengan skor 429. Maka dari itu, Wesley menekankan urgensi peningkatan literasi di seluruh lapisan masyarakat.

“Literasi penting agar masyarakat tidak sekadar ikut memilih, tapi benar-benar tahu dampak dari pilihan mereka,” tambahnya.

Selain itu, Wesley juga menyoroti peran literasi dalam melindungi masyarakat dari kebingungan politik dan propaganda.

“Masyarakat perlu dibekali literasi yang kuat, bukan untuk menjadi politisi, tapi untuk tidak buta politik,” ujarnya menegaskan.

Ia berharap masyarakat mampu melihat politik secara lebih kritis dan mendalam, termasuk menilai kinerja pemimpin di daerah mereka. Dengan Pilkada 2024 yang semakin dekat, Wesley berharap seluruh generasi, khususnya generasi Z, memiliki kesadaran yang lebih dalam terhadap pentingnya literasi politik.

"Perubahan tidak bisa terjadi secepat mungkin, namun generasi Z perlu memulai dengan memahami bahwa politik bukanlah sekadar topik perdebatan, tapi adalah tanggung jawab kita sebagai warga negara," pungkasnya.

Load More