Scroll untuk membaca artikel
Denada S Putri
Kamis, 15 Mei 2025 | 12:27 WIB
Ilustrasi stunting. [Ist]

SuaraKaltim.id - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kutai Kartanegara (Kukar) terus menunjukkan komitmennya dalam menurunkan angka stunting, dengan menempatkan Posyandu sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan masyarakat.

Hal ini ditegaskan langsung oleh Bupati Kukar Edi Damansyah dalam sejumlah kesempatan pekan ini.

Dalam pernyataannya di Tenggarong, Rabu, 14 Mei 2025, Edi menyoroti pentingnya fokus pada 1.000 hari pertama kehidupan (HPK) sebagai masa krusial pencegahan stunting.

"Hal utama yang harus menjadi perhatian dalam penanganan stunting adalah 1.000 HPK, yakni mulai anak masih berbentuk janin dalam kandungan hingga dilahirkan sampai anak berusia dua tahun," katanya, dikutip dari ANTARA, Kamis, 15 Mei 2025.

Baca Juga: Dilarang Berjualan di Bypass! OIKN Tegas Tertibkan Zona Dagang IKN

Menurutnya, periode ini adalah masa emas pertumbuhan sekaligus masa yang paling rentan bagi daerah yang juga masuk dalam Ibu Kota Nusantara (IKN) itu.

Oleh karena itu, intervensi gizi dan kesehatan harus dilakukan secara optimal untuk mencegah atau mengoreksi potensi stunting sejak dini.

Data Pemkab Kukar menunjukkan tren positif, di mana prevalensi stunting berhasil ditekan dari 27,1 persen pada 2022 menjadi 17,6 persen di 2023, dan kembali menurun menjadi 14,6 persen pada 2024.

Sehari sebelum pernyataan itu, saat meresmikan Posyandu Anggrek Kuning di Desa Sebulu Ulu, Kecamatan Sebulu, Edi juga menekankan bahwa kolaborasi lintas sektor sangat penting dalam upaya percepatan penanganan stunting, terutama melalui penguatan peran Posyandu.

"Posyandu merupakan sarana efektif untuk melakukan deteksi dini terhadap stunting, karena banyak kader yang rutin melakukan edukasi ke masyarakat, sosialisasi, hingga pencegahan terhadap stunting,” ujarnya.

Baca Juga: Tahap Awal Pemindahan ASN ke IKN Dimulai, Pemerintahan Siaga Penuh

Ia menambahkan bahwa Posyandu tidak hanya berperan dalam menanggulangi stunting, tetapi juga dalam meningkatkan kualitas kesehatan secara menyeluruh, mulai dari ibu hamil, bayi, balita, remaja, hingga lansia.

Peresmian Posyandu Anggrek Kuning, kata Edi, merupakan bentuk nyata komitmen Pemkab Kukar terhadap kesehatan warganya.

"Sekarang bangunan posyandu sudah baru, jadi dengan bangunan yang baru ini harus mempunyai semangat yang baru untuk lebih meningkatkan pelayanan kepada masyarakat,” ucapnya.

Edi juga mengingatkan para kepala desa agar memberikan perhatian penuh kepada keberlangsungan posyandu di wilayah masing-masing.

“Saya tidak ingin mendengar ada posyandu kurang diurus, sehingga kepala desa harus memberikan perhatian besar kepada posyandu dan kader agar selalu aktif sehingga bisa melaksanakan tugas dan fungsi dengan baik,” tegasnya.

Zero Stunting Jadi Target Kukar Sebagai Penyangga IKN

Pemkab Kukar terus menunjukkan komitmennya dalam upaya menurunkan angka stunting secara signifikan.

Strategi yang ditempuh mencakup pencegahan sejak dini dan optimalisasi peran posyandu sebagai ujung tombak layanan kesehatan masyarakat.

Hal ini disampaikan langsung oleh Bupati Kukar, Edi Damansyah, saat meresmikan salah satu posyandu baru di Kecamatan Sebulu pada Selasa, 13 Mei 2025.

"Dalam upaya penanganan dan pencegahan stunting, pemkab melalui Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Kutai Kartanegara melakukan intervensi berupa Pemberian Makanan Tambahan (PMT) dan Pemberian Makanan Bergizi (PMB)," ujar Edi, dikutip dari ANTARA, Rabu, 14 Mei 2025.

Intervensi gizi ini difokuskan pada bayi dan balita yang berisiko stunting, kekurangan gizi, maupun mengalami gizi buruk.

Selain itu, program ini juga melibatkan edukasi bagi orang tua, pelatihan kader, dan peningkatan kualitas layanan posyandu.

"Berbagai program dan aksi ini dilakukan secara konsisten sebagai langkah menuju target zero stunting dimulai dari tanpa adanya stunting baru di Kabupaten Kukar, sehingga perlu dilakukan percepatan dengan pelaksanaan langkah konkret melalui gerakan intervensi serentak," katanya.

Edi menyampaikan optimismenya bahwa Kukar bisa mencegah kemunculan kasus stunting baru, apalagi tren prevalensi terus menunjukkan penurunan dari tahun ke tahun.

Data menunjukkan angka stunting Kukar menurun dari 27,1 persen pada 2022, menjadi 17,6 persen di 2023, dan turun lagi ke 14,6 persen pada 2024.

"Saya berharap semua pihak tidak bosan bergotong-royong menuntaskan persoalan stunting maupun gizi kurang. Mari kita berdayakan semua pihak terkait, terutama di desa atau kelurahan, karena di unsur pemerintahan dasar ini telah memiliki posyandu dan unsur lainnya," tambahnya.

Dalam struktur dukungan pencegahan stunting di tingkat desa, Edi juga menyoroti pentingnya sinergi antara kepala desa/lurah dengan lembaga kemasyarakatan seperti PKK, karang taruna, hingga pengurus RT.

"Posyandu memiliki peran penting dalam menjaga kesehatan masyarakat, sehingga pemda terus mendukung agar fasilitas kesehatan ini terus berkembang, baik dukungan pembangunan fisik, perlengkapan, hingga pembinaan sumber daya manusia," ucapnya.

Dari pendekatan kolaboratif dan intervensi serentak yang melibatkan berbagai elemen masyarakat, Kukar membuktikan keseriusannya menjadi daerah yang bebas dari stunting, selaras dengan pembangunan wilayah penyangga IKN.

Load More