Scroll untuk membaca artikel
Denada S Putri
Sabtu, 24 Mei 2025 | 18:55 WIB
Ketua Komisi X DPR RI, Hetifah Sjaifudian, Kepala Badan Standar, Kurikulum dan Asesmen Pendidikan Kemendikdasmen, Toni Toharuddin, dan Sekretaris Daerah Kaltim, Sri Wahyuni. [SuaraKaltim.id/Giovanni Gilbert]

SuaraKaltim.id - Upaya perbaikan sistem penilaian pendidikan nasional terus digencarkan.

Ketua Komisi X DPR RI, Hetifah Sjaifudian, bersama Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menggelar workshop bertema “Paradigma Baru Evaluasi Pendidikan” di Hotel Mercure Samarinda, Sabtu, 24 Mei 2025.

Fokus utama kegiatan ini adalah memperkenalkan Tes Kompetensi Akademik (TKA) sebagai pengganti Ujian Nasional (UN).

TKA dirancang sebagai alat ukur kemampuan siswa yang bersifat individual, tidak lagi bergantung pada zonasi maupun status akreditasi sekolah sebelumnya.

Baca Juga: BMKG: Waspada Pasang Laut 2,9 Meter di Pesisir Kaltim Akhir Mei

Hal ini diharapkan dapat membuka ruang kompetisi yang lebih setara antar pelajar dari berbagai latar belakang.

“Supaya anak-anak juga termotivasi belajarnya. Tapi di sisi lain, kita juga tetap ingin mempertahankan hal-hal yang sudah bagus dan menciptakan sistem atau lingkungan yang nyaman bagi pendidikan,” kata Hetifah.

Latar belakang kebijakan ini didorong oleh hasil studi internasional, di mana 43,21% pelajar Indonesia berada pada kuintil sosio-ekonomi terbawah versi PISA 2022—angka yang menempatkan Indonesia di urutan keempat secara global setelah Kamboja, Maroko, dan Guatemala.

Meski peringkat Indonesia meningkat, tren skor kemampuan membaca, matematika, dan sains justru menurun dalam periode 2009–2022.

Hetifah menyebut, hasil TKA nantinya juga akan dimanfaatkan sebagai dasar seleksi masuk ke jenjang pendidikan lebih tinggi.

Baca Juga: Periode 115 Mei, Harga TBS Sawit Kaltim Turun di Semua Kelompok Umur

Mulai dari jalur prestasi SMA hingga seleksi penerimaan murid baru (SPMB) untuk SD dan SMP.

“Jadi memang metode pengukuran ini dilakukan untuk mengukur kemampuan siswa secara individu. Jadi, kita punya penilaian terhadap hasil belajar siswa dan nanti itu bisa digunakan untuk mengikuti jenjang lanjutan,” jelasnya.

Soal-soal TKA akan berbasis kemampuan berpikir tingkat tinggi atau High Order Thinking Skills (HOTS), dengan pendekatan seperti ujian masuk PTN.

Fokus ujiannya meliputi literasi bahasa (Indonesia dan Inggris) serta numerasi, dengan dua mata pelajaran tambahan sesuai minat siswa.

Sistem ujian ini akan dilakukan secara Computer Assisted Test (CAT) dan mulai diterapkan di level SMA pada November 2025.

Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan, Toni Toharuddin, menyatakan TKA bukan sekadar perubahan teknis, melainkan lompatan paradigma dalam dunia penilaian pendidikan nasional.

Load More