Scroll untuk membaca artikel
Denada S Putri
Minggu, 01 Juni 2025 | 16:07 WIB
Ilustrasi praktik prostitusi online. [Ist]

Mereka berasal dari berbagai daerah seperti Jawa, Makassar, Balikpapan, dan wilayah lainnya, yang datang untuk mengincar pelanggan dari kalangan pekerja proyek maupun pendatang di sekitar IKN.

Sejumlah pelaku mengakui alasan mereka memilih datang ke kawasan ini karena adanya potensi ekonomi yang besar dari banyaknya tamu dan pekerja yang dianggap royal.

"Kami datang karena kata teman di sini tamu banyak dan tidak pelit tidak pernah tawar menawar, serta banyak pendatang dan ternyata benar," kata salah satu pelaku prostitusi yang mengaku bernama Dena (25).

Layanan ditawarkan secara daring melalui media sosial dan aplikasi pesan singkat, lengkap dengan tarif dan foto. Rentang harga bervariasi antara Rp400 ribu hingga Rp600 ribu, tergantung pelanggan dan kondisi.

Baca Juga: Healing di IKN, Ruang Aman ASN Muda di Tengah Kota Baru

"Ada yang sendiri dan ada yang gunakan perantara, kalau kami gunakan perantara yang atur tempat tinggal dan carikan pelanggan tidak repot jadinya," ungkap Rena (27), pelaku lain yang juga ditemui.

Fenomena ini tak pelak menimbulkan kekhawatiran di tengah masyarakat.

Selain berdampak pada citra kawasan IKN yang digadang-gadang sebagai kota masa depan, praktik ini juga dinilai berpotensi menimbulkan masalah sosial yang lebih kompleks bila tidak segera ditangani secara kolaboratif.

Meski belum menerima laporan resmi secara langsung, Kepolisian Daerah (Polda) Kalimantan Timur (Kaltim) juga mulai turun tangan.

Langkah penyelidikan dilakukan untuk mencegah penyebaran praktik ini sebelum menjadi lebih masif.

Baca Juga: Skema KPBU Buktikan Daya Tarik, IKN Kunci Rp12 Triliun Investasi Asing

Load More