SuaraKaltim.id - Kontroversi kewajiban membeli buku Mengubah Nasib karya Ketua DPRD Kalimantan Timur (Kaltim) Hasanuddin Mas’ud mencuat ke ruang publik.
Buku yang awalnya disebut sebagai bacaan inspiratif itu diduga beredar di sejumlah sekolah dengan cara yang dianggap bermasalah.
Plt Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kaltim, Armin, menegaskan penolakannya terhadap praktik mewajibkan siswa membeli buku di luar kurikulum resmi.
Hal itu disampaikan Armin, saat dikonfirmasi Kamis 4 September 2025.
“Saya dosen juga, dan tidak pernah mewajibkan mahasiswa membeli buku. Saya hanya menyebutkan referensinya. Mereka bebas memilih cari sendiri, versi digital, atau baca di perpustakaan,” ujarnya disadur dari Presisi.co--Jaringan Suara.com, Minggu, 7 September 2025.
Armin menekankan, penyediaan buku adalah kewajiban sekolah dan pemerintah, bukan dibebankan kepada siswa.
Ia menyinggung kebijakan Pemprov Kaltim yang telah memberikan seragam dan makan gratis sebagai contoh konsistensi dukungan negara terhadap pendidikan.
“Kalau seragam dan makan saja gratis, buku juga seharusnya gratis. Jangan sampai ada kesan dipaksa beli buku, apalagi kalau penulisnya pejabat publik. Ini bisa menimbulkan relasi kuasa dan konflik kepentingan,” tegasnya.
Lebih jauh, Armin meragukan urgensi dan relevansi buku tersebut dalam dunia pendidikan.
Baca Juga: BI: Inflasi Kaltim 1,79 Persen, Lebih Rendah dari Nasional
“Tidak ada ide brilian atau solusi pendidikan di buku itu. Kalau memang mau menyumbang karya, ya sumbangkan saja ke perpustakaan sekolah,” katanya.
Ia juga memberi peringatan agar ruang pendidikan tidak disalahgunakan sebagai arena politik.
“Ini bisa menimbulkan kesan kampanye dini, apalagi kalau dipaksakan masuk ke sekolah-sekolah. Kita harus menjaga ruang pendidikan tetap netral dan murni,” pungkasnya.
Sementara itu, Hasanuddin Mas’ud mengklarifikasi bahwa dirinya tidak mengetahui peredaran bukunya di sekolah.
Ia menjelaskan, karya autobiografi tersebut sudah terbit sejak 2020 atau 2021 lalu.
“Itu buku biografi saya. Dicetak pertama sekitar tahun 2020 atau 2021. Saya tidak tahu kalau sekarang dijual. Saya juga tidak dapat royalti,” ungkap Hasanuddin.
Menurutnya, buku itu awalnya dibaca oleh Armin yang kemudian mendorong perbanyakan karena dianggap inspiratif.
Namun soal distribusi ke sekolah, ia mengaku tidak terlibat.
“Kalau ternyata menginspirasi anak-anak muda, saya bersyukur. Tapi kalau sekarang dijual di sekolah-sekolah, saya enggak tahu. Tadi saya juga baru dengar dari teman-teman media,” ujarnya.
Hasanuddin menegaskan tidak menuntut keuntungan pribadi dari penjualan buku tersebut.
“Dibaca saja sudah syukur,” tutupnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Kumpulan Prompt Siap Pakai untuk Membuat Miniatur AI Foto Keluarga hingga Diri Sendiri
- Terjawab Teka-teki Apakah Thijs Dallinga Punya Keturunan Indonesia
- Bakal Bersinar? Mees Hilgers Akan Dilatih Eks Barcelona, Bayern dan AC Milan
- Gerhana Bulan Langka 7 September 2025: Cara Lihat dan Jadwal Blood Moon Se-Indo dari WIB-WIT
- Geger Foto Menhut Raja Juli Main Domino Bareng Eks Tersangka Pembalakan Liar, Begini Klarifikasinya
Pilihan
-
Sri Mulyani Dicopot, Rupiah Meriang Hebat Pagi Ini
-
Harga Emas Antam Hari Ini Paling Tinggi Sepanjang Sejarah Dipatok Rp 2,08 Juta per Gram
-
Solusi Menkeu Baru Soal 17+8 Tuntutan Rakyat: Bikin Ekonomi Ngebut Biar Rakyat Sibuk Cari Makan Enak
-
Nomor 13 di Timnas Indonesia: Bisakah Mauro Zijlstra Ulangi Kejayaan Si Piton?
-
Dari 'Sepupu Raisa' Jadi Bintang Podcast: Kenalan Sama Duo Kocak Mario Caesar dan Niky Putra
Terkini
-
Kaltim Dorong Sekolah Terapkan Sistem Hybrid, Guru Dituntut Jadi Fasilitator
-
Pemkab PPU Bekali Nelayan Pesisir Demi Kelestarian Laut Penyangga IKN
-
Demo DPRD Kaltim Berujung Represif? LBH Samarinda Angkat Kasus ke Polisi
-
KPK Perketat Jerat di Kasus Suap Tambang, Dayang Donna Tunggu Giliran?
-
Pemkab PPU-Baznas Salurkan Bantuan Rp190 Juta untuk Warga Rentan di Sekitar IKN