Denada S Putri
Minggu, 14 September 2025 | 13:41 WIB
Menu MBG di SMAN 13 Samarinda, terdiri dari nasi putih, tahu goreng, ayam katsu, salad wortel dan kol, serta buah kelengkeng. [kaltimtoday.co]

“Iya benar tentunya itu menjadi catatan kami supaya ke depan tidak terulang,” akunya.

Di sisi lain, SPPG Loa Janan Ilir menjelaskan prosedur produksi yang diterapkan untuk beberapa wilayah.

Ahli Gizi SPPG Loa Janan Ilir, Tia Rahma, mengatakan pihaknya menekankan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) dan kebersihan, khususnya saat mencuci bahan makanan.

Mobil SPPG Sungai Pinang saat mengambil kembali ompreng MBG di SMA Negeri 2 Samarinda. [kaltimtoday.co]

"Saya selalu mengingatkan seluruh tim agar menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) dan menjaga kebersihan, terutama saat mencuci sayur dan lauk-pauk. Karena kami menyediakan makanan untuk anak sekolah, kebersihan menjadi hal yang sangat penting agar terhindar dari keracunan makanan," tegas Ahli Gizi SPPG Loa Janan Ilir, Tia Rahma.

Menurut keterangan tim produksi, proses dimulai dini hari: "Mulai pukul 1 dini hari, proses memasak lauk hewani, lauk nabati, dan sayur pun dimulai. Namun, untuk sayur dimasak secara terpisah, yaitu mulai sekitar pukul 3 subuh," ucapnya.

Setelah dimasak, makanan diporsikan dan biasanya siap pagi hari: "Setelah selesai, makanan kemudian diporsikan dan biasanya siap untuk disajikan sekitar pukul 4 subuh," jelasnya.

Mereka juga menyatakan ada pengecapan rasa oleh petugas: "Biasanya, saya mencicipi bersama dengan penanggung jawab dapur. Hal ini dilakukan untuk menjaga kualitas rasa dan kebersihan makanan," bebernya.

Produksi harian yang disebut mencakup 12 sekolah menargetkan ribuan porsi: "Produksi makanan kami mencakup 12 sekolah dengan total penerima manfaat sekitar 3.513 siswa," tuturnya.

Wakil Gubernur Kaltim, Seno Aji, merespons laporan ini dengan janji tindak lanjut dan koordinasi ke Badan Gizi Nasional (BGN) serta SPPG.

Baca Juga: Balikpapan Matangkan Lokasi Dapur MBG di Tiga Kecamatan Prioritas

"Terima kasih atas laporannya. Kami terus menekankan kepada semua dapur yang ada di Kalimantan Timur untuk memperhatikan aspek higienis dan masa kedaluwarsa bahan makanan," sebut Seno.

Meski belum menerima laporan resmi, Seno berjanji: "Memang saya belum mendapatkan laporan resmi terkait hal ini, tapi segera akan kami tindaklanjuti bersama tim SPPG," janjinya.

Ia juga menekankan pentingnya transparansi dan evaluasi, bahkan menyinggung kemungkinan kesalahan pengemasan: "Memang benar, seharusnya ini menjadi evaluasi. Tidak ada yang perlu disembunyikan. Kemungkinan kondisi basi itu terjadi karena pengemasan di ombreng yang dilakukan ketika makanan masih panas, lalu langsung dikirim sehingga terjadi penurunan kualitas. Hal seperti ini harus segera dievaluasi agar tidak terulang," tegasnya.

Plt. Kepala Disdikbud Kaltim, Armin, menyoroti temuan ini sebagai atensi khusus meski Disdikbud bukan pengelola langsung MBG.

"Kami ingin anak anak kita mendapatkan makanan yang bagus dan baik, supaya mereka bisa semangat belajarnya," ujarnya.

Ia menambahkan bahwa koordinasi dengan pihak terkait akan dilakukan: "Nanti kami koordinasikan ke pihak yang berkaitan. Karena sebetulnya Disdikbud tidak masuk dalam ranah MBG, kami hanya bisa koordinasi programnya, masalah makanan tidak masuk disitu," jelasnya.

Load More